Rabu, 25 Desember 2013

Siapa Sebenarnya Jokowi Itu


Minggu pagi awal Desember itu sebenarnya tidak ada niat dan keinginan saya untuk bicara atau memikirkan politik. Seusai berolah raga memukul si bola putih kecil di lapangan golf Kemayoran, saya berencana menghadiri acara perkawinan putra seorang teman dan menikmati liburan menonton film di Studio 21 bersama keluarga.

Namun memang sudah merupakan ‘kutukan’ kayaknya, usai selasaikan 9 hole dan baru saja duduk dan pesanan makan di club house, eh datang menghampiri seorang teman lama dari Surabaya. Ternyata beliau sedang berada di Jakarta bersama teman – temannya yang semuanya dosen dari Universitas Gajahmada Yogyakarta. Sahabat lama itu memperkenalkan ketiga temannya yang sudah semuanya berusia sekitar lima puluhan tahun. Kami pun larut dalam perbincangan.

Ketiga staf pengajar Fisipol UGM Yogayakarta itu tanpa diduga tiba – tiba bicara tentang Joko Widodo. Ya Joko Widodo atau lebih kita kenal dengan nama Jokowi. Yang sangat menarik dari pembicaraan kami itu adalah mengenai peran ketiga dosen UGM tersebut dalam ‘menciptakan’ sosok Jokowi sehingga menjadi ‘orang atau tokoh’ seperti yang kita ketahui selama setahun terakhir ini. Jokowi dapat dikatakan sebagai hasil ciptaan ketiga dosen UGM ini. Mereka adalah dosen, ahli komunikasi massa dan ahli politik dari UGM Yogyakarta yang menjadikan Jokowi sebagai ‘eksprimen’ atau ‘kelinci percobaan’ dalam rangka menguji efektifitas sebuah pencitraan yang dilakukan secara sistematis dan akademis. Meski demikian mereka mengungkapkan kekecewaan yang mendalam terhadap Jokowi yang mereka nilai lupa diri dan tidak memiliki hubungan manusiawi yang baik. Mereka juga menuduh Jokowi sebagai orang yang tidak tahu membalas budi dan mudah melupakan jasa orang lain. Ketiga dosen tersebut mengatakan bahwa selama Jokowi menjadi gubernur Jakarta, tidak sekali pun mau menerima telpon dari mereka, apalagi mengharapkan Jokowi sudi menghubungi mereka. Sifat jokowi yang lupa diri, lupa balas jasa dan tidak menjaga pertemanan itu sudah nenjadi rahasia umum di kalangan sahabat – sahabat atau kolega – kolega Jokowi di Solo dan Jawa Tengah.

” Sejak Jokowi jadi Gubernur Jakarta perangainya memang jauh berubah. Kita kenal betul karakter Jokowi, namun dulu tidak separah ini” ujar salah seorang dari mereka. Mendengar ekspresi kekecewaan orang – orang yang telah membesarkan Jokowi itu, saya hanya bisa tersenyum kecut. “Mereka tidak tahu, jangan hanya dosen dari UGM, Prabowo dan Jusuf Kalla yang sangat berjasa membantu mengangkat Jokowi dari hanya tokoh kota kecil menjadi Gubernur DKI Jakarta saja, dia tega khianati karena mendapatkan tuan – tuan baru yang merupakan konglomerat tionghoa termuka di Indonesia”, batin saya.

Banyak orang yang tidak mengenal Jokowi yang sebenarnya. Apalagi mengenai karakter aslinya yang jauh dari sosok jokowi sebagaimana dicitrakan media – media milik para konglomerat atau media bayaran mereka. Jokowi sebagai manusia, tidaklah sebaik dan sejujur yang ditulis dan diberitakan mayoritas media massa nasional. Banyak catatan buruk tentang Jokowi, terutama jika dikaitkan dengan track record korupsinya dan kebohongan – kebohongan yang dilakukannya. Kehebatan Jokowi hanyalah pada kemampuan aktingnya untuk tampil alamiah ketika berada di tengah – tengah warga. Jokowi juga sangat mudah menjanjikan apa saja tanpa merasa berdosa atau terbebani bilamana janji – janji itu sebagaian besar tidak mampu dia penuhi. Bagi Jokowi, berjanji itu semudah menghirup nafas. Dia tidak peduli dengan harapan warga yang membumbung tinggi lalu jatuh terhempas ke bumi ketika janji itu dia ingkari.

Bagi kalangan menengah, menilai seorang Jokowi itu sangat mudah. Kinerja Jokowi sebagai Walikota Solo terbukti hanya di bawah rata – rata. Fakta tentang prestasi buruk Jokowi selama jadi walikota itu mudah diakses di situs Badan Pusat Statistik atau Kementerian Dalam Negeri. Disana tidak ada sedikitpun terlihat keistimewaan atau hal yang menonjol dari seorang Jokowi. Setahun jadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi terbukti gagal menjalankan program pemerintah daerah. Penyerapan APBD DKI tahun 2013 sangat rendah yakni hanya 22% saja per akhir Oktober 2013. Jika nanti pada akhirnya APBD bisa diserap di atas 80% sudah dapat dipastikan sebagian besar uang rakyat itu dikorupsi atau dijadikan bancaan melalui proyek – proyek fiktif. Dugaan korupsi Gubernur Jokowi di DKI Jakarta sudah banyak mencuat ke publik, diantaranya adalah korupsi puluhan miliar di pengadaan Kartu Jakarta Sehat (KJS) pada akhir 2012 lalu dan sekitar 17 miliar rupiah saat penunjukan langsung PT Askes sebagai mitra program KJS. Belum lagi dugaan korupsi Jokowi pada proyek sumur resapan yang dimark up hingga ratusan persen.

Di Solo Jokowi memiliki banyak catatan hitam berupa dugaan korupsi yang sayangnya tidak pernah diusut serius oleh aparat hukum. Jokowi terbukti melalukan penyimpangan penggunaan anggaran KONI Solo yang dialihkannya sebagian untuk klub sepak bola Persis Solo dan sebagian lagi diduga untuk dirinya sendiri tanpa ada persetujuaan DPRD Solo. Korupsi lain dilakukan Jokowi pada proyek rehabilitasi pasar, hibah dana pemda Jawa Tengah, pengadaan Videotron, dana bantuan siswa miskin, proyek rehabilitasi THR Sriwedari, pengadaan mobil dinas Esemka dan seterusnya.

Salah satu dugaan korupsi yang sangat patut diduga dilakukan Jokowi adalah pada pelepasan aset pemda Solo, Hotel Maliyawan.
Sejak kasus ini terungkap, predikat tokoh / pemimpin antikorupsi yang digembar gemborkan melekat pada diri Gubernur DKI Jakarta itu runtuh berantakan.

Investigasi teman – teman kami selama 11 hari di Solo, Jawa Tengah beberapa waktu lalu menemukan fakta – fakta yang kuat mengenai dugaan keterlibatan Joko Widodo dalam beberapa korupsi dan pelanggaran hukum di Solo. Berikut ini sekilas dugaan korupsi Jokowi terkait pelepasan aset pemda Solo yakni Hotel Maliyawan, Surakarta yang terjadi pada tahun 2011 – 2012 lalu.

Kronologis Pelepasan Aset Pemda Solo

Bermula dari rencana Pemda Jawa Tengah untuk membeli bangunan hotel atau Balai Peristirahatan Maliyawan yang terletak di Tawangmangu, Solo/ Surakarta. Bangunan hotel itu, meski tanahnya adalah milik Pemda Jawa Tengah, namun bangunan di atas tanah tersebut adalah aset milik Pemda Solo / Surakarta karena dibangun dengan biaya /anggaran APBD Solo ( Surakarta) sekitar 12 tahun lalu. Namun, rencana Pemda Jateng membeli bangunan hotel aset Pemda Surakarta itu kandas karena Walikota Surakarta, Joko Widodo tidak pernah menyetujui. Jokowi selalu menolak permohonan Pemda Jateng itu meski tidak jelas apa alasannya. Padahal sebagai unit usaha yang dikelola BUMD PT Citra Mandiri Jateng, Hotel Maliyawan itu tidak menguntungkan dan gagal beri deviden kepada Pemda Solo (Surakarta) dan Pemda Jateng.

Karena permintaan membeli bangunan hotel selalu ditolak Walikota Jokowi, Pemda Jateng balik berencana ingin menjual aset Pemda Jawa Tengah berupa tanah yang di atasnya berdiri bangunan yang dipergunakan sebagai Hotel Maliyawan yang dikelola oleh BUMD PT. Citra Mandiri Jawa Tengah (CMJT) itu. Rencana Pemda Jateng menjual tanah hotel tersebut melalui BUMN CMJT secara langsung, terbuka dan lelang tentu tidak mudah karena bangunan hotel yang berada di atas tanah itu adalah milik atau aset Pemda Surakarta. Pilihan terbaik adalah dengan menawarkan rencana penjualan / pelepasan tanah aset Pemda Jateng itu kepada Pemda Surakarta. Nanti, setelah Pemda Surakarta membeli tanah aset Pemda Jateng tersebut, terserah kepada Pemda Surakarta, apakah akan menjual kembali tanah berikut bangunan hotelnya atau mau mengelola sendiri operasional Hotel Maliyawan itu.

Terhadap tawaran Pemda Jateng yang ingin jual tanah asetnya itu, Walikota Surakarta langsung menyatakan minatnya dan segera mengajukan rencana anggaran pembelian tanah Hotel Maliyawan sebesar Rp. 4 miliar kepada DPRD Surakarta yang kemudian disetujui oleh DPRD dengan rencana memasukan anggaran pembelian tanah aset Pemda Jateng dalam Kebijakan Umum Perubahan APBD (KUPA) Surakarta tahun 2010.

Melalui Nota Jawaban Walikota yang dibacakan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Solo, Budi Suharto, Senin, Walikota Solo, Joko Widodo (Jokowi), menjelaskan Pemkot Solo telah menindaklanjuti Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPj) Tahun 2010 dengan menganggarkan pembelian tanah Hotel Maliyawan senilai Rp 4. miliar.

Namun, berdasarkan Nota Kesepakatan Pemkot Surakarta dengan DPRD Kota Suarakarta No 910/3.314 dan No 910/1/617 tentang Kebijakan Umum Perubahan APBD (KUPA) Kota Solo Tahun 2010, anggaran untuk pengadaan tanah Hotel Maliyawan ternyata tidak muncul sama sekali. Kemudian diketahui bahwa Walikota Solo (Surakarta) mengajukan surat kepada Inspektorat Kota Surakarta yang berisi perintah Walikota untuk menelaah/mengkaji aspek hukum dan perundang-undangan terkait rencana Pemda Surakarta melepas aset berupa bangunan yang terletak di atas tanah Hotel Maliyawan, Tawangmangu, Surakarta.

Pihak Inspektorat Kota menberikan jawaban atas telaah dan kajian hukumnya kepada Walikota Joko Widodo. Dalam surat dari Inspektorat tersebut, ditegaskan bahwa untuk pemindahtanganan aset bangunan milik Pemda (Hotel Maliyawan) diperlukan penaksiran oleh tim dan hasilnya ditetapkan dengan keputusan Walikota. Selanjutnya Pemkot harus memohon izin penghapusan aset dari DPRD Kota Solo. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan PP No 6/2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, pasal 37 serta Perda No 8/2008 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Berdasarkan telaah dan kajian Inspektorat, Walikota Joko Widodo mengirim surat kepada Ketua DPRD Kota Solo (Surakarta) tertanggal 29 Juli 2011 perihal permohonan persetujuan pemindahtanganan atas nama Balai Istirahat (BI) Maliyawan. Pada paragraf kedua surat tersebut, Jokowi menyebutkan bahwa sesuai dengan pasal 64 ayat 1 Perda 8/2008 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah, pemindahtanganan atas bangunan dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari DPRD.

Masih mengacu kepada surat dari Walikota Joko Widodo itu, disebut lagi bahwa sehubungan dengan Perda tersebut maka diajukan permohonan persetujuan DPRD dan selanjutnya dapat dibahas dalam rapat Dewan. Surat tersebut merupakan tindak lanjut dari surat Inspektorat Kota pada 16 Desember 2010 tentang telaah staf pelepasan Hotel Maliyawan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, sangat jelas bahwa pada awalnya, Walikota Solo Joko Widodo masih menjalankan mekanisme dan prosedur pelepasan aset secara benar dan berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun, setelah Walikota Joko Widodo ketahuan sudah menjual aset Pemda Solo/Surakarta secara diam – diam kepada Lukminto, Direktur PT. Sritex, sikap, perilaku dan pernyataan – pernyataan Joko Widodo berubah 180 derajat alias menjadi seorang pembohong. Ada apakah dengan Joko Widodo terkait pelepasan aset Pemda Solo berupa bangunan hotel Maliyawan itu ?

Jokowi Mendadak Berubah 180 Derajat dan Berbohong

Kenapa terjadi perubahaan sikap, perilaku dan pernyataan Joko Widodo terkait penjualan aset Pemda Solo secara diam-diam kepada Lukminto ? Kenapa tiba-tiba Joko Widodo selalu ngotot pertahankan pernyataan dan pendapatnya bahwa penjualan bangunan hotel aset Pemda itu TIDAK memerlukan persetujuan DPRD Solo dan TIDAK perlu mengacu serta mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku ? Berkali – kali Joko Widodo mengatakan kepada publik bahwa sebagai walikota, pihaknya tidak perlu minta izin persetujuan kepada DPRD. Tidak perlu dengan penerbitan Peraturan Daerah / Perda terlebih dahulu jika pemda ingin menjual asetnya. Bahkan Jokowi mengatakan pelepasan aset pemda secara tanpa minta persetujuan DPRD terlebih dahulu itu, sudah sangat sering dia lakukan. Semuanya aman – aman saja, dalih Jokowi pada sekitar Juli 2012 lalu.

Mencermati perubahan sikap Joko Widodo dan kengototannya menabrak hukum itu, anak siswa SMA atau mahasiswa semester I pun mengerti dan paham bahwa pasti ada kolusi antara Jokowi dan Lukminto yang sangat patut diduga menghasilkan suap untuk Joko Widodo. Berapa besar dugaan suap dari Lukminto kepada Joko Widodo sehingga Joko berani melanggar hukum, UU dan menipu DPRD dan rakyat Solo serta seluruh rakyat Indonesia itu ? Berapa besar kerugian negara akibat KKN Jokowi – Lukminto itu ? Silahkan KPK, Kejaksaan dan Polri mengusut tuntas agar hukum dapat ditegakkan dan keadilan dapat terwujud. Sikap kita yang toleran/pembiaran terhadap perbuatan kriminal, kejahatan atau korupsi Jokowi ini, sesungguhnya sama saja dengan kita menyetujui perbuatan haram tersebut. Sekian.

Megawati Ditekan Konspirasi Kader & Konglomerat Hitam

Melalui rekayasa pencitraan secara sistematis, masif, kontiniu, didukung dana yang begitu besar, jaringan China internasional, Arkansas Connection dengan James Riady, Stan Greenberg, Luhut Panjaitan, AM Hendropriyono, Popo dan Edi Sariadmadja, Edward Suryajaya serta mayoritas konglomerat Tionghoa Indonesia, siapa pun sulit menyangkal begitu pesatnya peningkatan popularitas Jokowi Widodo atau yang lebih kita kenal dengan sebutan nama Jokowi. Setelah sukses memenangkan Pilkada Gubernur DKI Jakarta pada Agustus 2012, popularitas Jokowi terus dipertahankan bahkan digenjot secara maksimal oleh tim suksesnya hingga mungkin sampai hari H pemilihan presiden 2014 mendatang.

Penciptaan popularitas Jokowi sampai pilpres 2014 tentu tergantung pada keputusan PDIP (baca : Megawati Soekarnoputri) mengenai penetapan calon presiden yang akan diusung oleh PDIP. Rakernas PDIP yang baru saja selesai kemarin ternyata sama sekali tidak menetapkan nama – nama nominasi calon presiden yang bakal dijagokan PDIP pada pilpres 2014. Keputusan Rakernas PDIP yang tidak mencantumkan nominasi capres apalagi nama Jokowi sebagai bakal capres dari PDIP menimbulkan banyak pertanyaan bagi pemerhati politik tanah air.

Bukankah ‘begitu banyak dan heboh’ dukungan berbagai pihak yang mendesak agar Rakernas PDIP segera dan tanpa ragu menetapkan Jokowi sebagai capres ? Apa yang sesungguhnya terjadi ? Apakah PDIP atau Megawati selaku Ketua Umum PDIP dan pemegang hak prerogatif di PDIP masih belum percaya kehebatan Jokowi ? Apakah Megawati masih ragu dengan loyalitas Jokowi selaku kader PDIP ? Atau apa yang sesungguhnya terjadi di PDIP terkait rencana pencapresan Jokowi ?

Secara ringkas, kita dapat menganalisa dan simpulkan makna keengganan PDIP menetapkan Jokowi sebagai capres PDIP. Ketum PDIP Megawati SP yang juga mantan Presiden RI itu bukanlan politisi kemaren sore. Bukan tokoh sembarangan dan pasti memiliki pertimbangan yang matang dan komprehensif untuk mengambil sebuah keputusan apalagi keputusan sepenting dan sestrategis penetapan capres yang bakal diusung PDIP pada pilpres 2014 mendatang. Desakan, tekanan, lobi, bujukan, iming – iming bahkan aksi – aksi demo berusaha meyakinkan Megawati SP untuk segera menetapkan Jokowi sebagai capres PDIP.

Ada beberapa dasar pertimbangan kuat Megawati untuk tidak buru – buru menetapkan Jokowi sebagai capres usungan PDIP, antara lain :

1. Megawati dan PDIP pernah meminta komitmen Jokowi untuk berjanji menunaikan tugas dan tanggung jawabnya sebagai Gubernur DKI Jakarta sampai periodenya selesai atau selama 5 tahun penuh. Dan Jokowi sudah menyatakan kesanggupannya dan berjanji penuhi permintaan /komitment tersebut.

2. Megawati dan PDIP sudah mengetahui persis siapa tokoh – tokoh dan kelompok yang berada di balik rekayasa opini dan pemaksaan Jokowi sebagai capres 2014. Mereka inilah orang – orang atau kelompok yang pernah disebut Megawati dalam berbagai kesempatan sebagai ‘penumpang gelap’ yang menelikung dan mengambil keuntungan terbesar pada kemenangan Jokowi – Ahok di Pilkada Gubernur DKI Jakarta. Megawati tidak mungkin mau diperdaya oleh para penumpang gelap ini atau melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.

3. Megawati secara pribadi sebenarnya sudah sejak awal mengetahui karakter asli Jokowi yang cenderung ‘khianat dan bermasalah’. Penetapan Jokowi sebagai cagub DKI Jakarta pada detik – detik terakhir oleh Megawati tahun lalu lebih disebabkan kuatnya desakan dan bujukan Jusuf Kalla, Prabowo dan Djan Faridz yang sangat intensif.

4. Megawati juga sudah banyak menerima masukan dari berbagai pihak mengenai perilaku Jokowi dan kelompok – kelompok yang ingin menjadikan Jokowi sebagai presiden RI boneka untuk mengamankan dan memperjuangkan kepentingan mereka di Indonesia, yang mana kepentingan mereka itu sudah dapat dipastikan sangat merugikan rakyat, bangsa dan negara Republik Indonesia.

5. Karakter asli Jokowi yang dinilai suka umbar janji dan lupa budi atau kebaikan orang lain sudah menjadi catatan khusus Megawati dan PDIP. Jika Jusuf Kalla dan Prabowo saja dengan mudah dikhianati oleh Jokowi, padahal jasa mereka luar biasa besar terhadap Jokowi, apalagi terhadap Megawati. Bukan tidak mungkin jika Jokowi terpilih jadi presiden RI, Megawati juga akan dikhianatinya dan hegemoni dinasti Sukarno di PDIP akan musnah disikat Jokowi dan kelompok – kelompok orang yang berada dibelakang Jokowi yang dalam beberapa bulan terakhir ini semakin kuat mengendalikan Jokowi.

6. Jokowi belum cukup setahun menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Tentu sangat tidak etis dan riskan bagi PDIP untuk mencapreskan Jokowi sementara penilaian prestasi dan kinerjanya belum ada, karena itu pencapresan Jokowi oleh PDIP bisa menyebabkan bumerang dan membawa kehancuran bagi PDIP sampai ke akar rumput atau wong cilik yang selama ini dengan setia mendukung penuh Megawati dan PDIP.

7. Pencapresan Jokowi secara prematur bahkan dapat menghancurkan Megawati sebagai ikon PDIP karena para penyandang modal, tim sukses dan konsultan politik serta media – media yang dimiliki dan dibayar penumpang gelap tersebut dapat melakukan promosi besar – besaran dengan segala cara yang akibatnya dapat malah menghancurkan fanatisme loyalis PDIP terhadap Megawati dan Sukarno lalu beralih ke Jokowi. Jika itu terjadi maka kiamatlah bagi Megawati dan klan Sukarno di PDIP.

Desakan dan tekanan kuat kini dilakukan oleh para pendukung atau kubu Jokowi seperti Maruarar Sirait cs melalui opini media, manuver – manuver licin, konspirasi elit PDIP siap mengelung Megawati hingga tersudutkan hingga akhirnya menyerah dan bersedia menyetujui PDIP sebagai partai pengusung Jokowi, yang sudah terbukti hanya akan dijadikan presiden boneka oleh kelompok tertentu, sebagai calon presiden RI 2014 mendatang. Apakah Megawati akan menyerah ?

Menurut saya tidak. Megawati bukan tokoh kemaren sore, bukan tokoh karbitan, tidak mudah hancur menghadapi serangan, ancaman apalagi hanya sekedar opini rekayasa buatan badut – badut politik yang syahwat berkuasa sudah di ubun – ubun kepala. Sekarang adalah waktu yang tepat bagi Megawati untuk menganalisa, menilai dan menginventarisir kader – kader PDIP yang sejati adalah pengkhianat dan loyalis musuh negara. Selanjutnya hasil evaluasi Megawati tersebut dapat digunakannya untuk melakukan pembersihan total PDIP dari kader – kader oportunis pragmatis materialis yang menjadi benalu dan parasit di tubuh partai.

Megawati ‘The Rock’ Soekarnoputri kini sudah semakin matang. Pasti mampu berfikir jauh ke depan dan memutuskan yang terbaik untuk kemaslahatan rakyat, bangsa dan negara tercinta serta demi eksistensi dan kejayaan PDIP.

Kisah Perjuangan Jenderal Tua Melawan Mafia Hukum Depsos Mempertahankan Cawang Kencana


Menghabiskan hari tua bagi seorang Mayor Jenderal Purn. H. Moerwanto Soeprapto SH tidak seperti layaknya  para pensiunan mantan perwira tinggi lain yang dapat bermain dan bercanda riang dengan cucu dan cicit atau menunggu akhir hayatnya dengan tenang. Pasalnya, beberapa waktu lalu Moerwanto menerima surat pemberitahuan putusan Mahkahamah Agung RI No. 1504 K/Pidsus/2013 Jo. No. 10/PID/TKP/2013/PT.DKI Jo. No. 58/Pid.B/TKP/2012/PN.Jkt.Pst yang memutuskan Moerwanto divonis bersalah dan dijatuhi hukuman penjara 4 tahun, denda Rp. 500 juta serta uang pengganti Rp. 726 juta.

Mahkamah Agung (MA) RI menyatakan bahwa Moerwanto terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan korupsi secara bersama – sama dan berlanjutan sebagaimana dakwaan subsidair.


Kasus yang menjerat mantan sekretaris jenderal Departemen Sosial (Sekjen Depsos) itu bermula dari somasi atau surat peringatan yang disampaikan oleh Ghazali Situmarang kepada Moerwanto pada 4 Januari 2010 lalu, dimana Moerwanto dituduh telah melakukan penyalahgunaan wewenang dan korupsi terkait dengan aset berupa tanah seluas 7.902 meter persegi dan bangunan yang berdiri di atas tanah tersebut yang selama ini dikelola oleh Yayasan Citra Handadari Utama (YCHU) yang diketuai oleh Moerwanto.

Bagaikan disambar petir di siang bolong ketika mantan prajurit TNI – AD berusia 70 tahun itu ketika menerima somasi dari Ghazali Situmorang yang tidak lain adalah sekjen Depsos yunior atau penerusnya. Betapa tidak, tuduhan itu selain merupakan fitnah terhadap dirinya, somasi itu juga tidak sesuai dengan pernyataan Menteri Sosial RI atasan Ghazali Situmorang sendiri

Menteri Sosial Salim Assegaf Al Jufrie dalam berbagai kesempatan selalu mengatakan bahwa aset yang dikelola YCHU itu sama sekali bukan milik Departemen Sosial, melainkan milik yayasan.


yang tidak lain adalah sekjen Depsos pengganti dirinya. Somasi dari Ghazali Situmorang tersebut sangat aneh karena mengatasnamakan Menteri Sosial RI, sedang Menteri Sosial selaku pimpinan Ghazali Situmorang dalam berbagai kesempatan mengakui bahwa aset tanah dan bangunan yang terletak di kawasan Cawang, Jakarta Timur itu sebagai milik yayasan dan bukan milik Departemen Sosial RI. Penegasan senada disanpaikan sejumlah mantan menteri sosial seperti Bachtiar Chamsyah, Justika S Baharsjah, Nani Soedarsono dan seterusnya.


Kepemilikan YHCU atas tanah dan bangunan yang dikenal masyarakat luas sebagai Cawang Kencana tersebut bermula dari pelaksanaan Keppres No. 32 tahun 1979 junto Permendagri No. 3 tahun 1979 yang menetapkan bahwa hak – hak atas tanah ex kolonial Belanda diberikan hak kepada mereka yang memerlukan tanah dengan mengutamakan bekan pemegang hak atas tanah tersebut.

Melalui SK Mensos No. 34/HUK/1986 hak penggunaan tanah Cawang Kencana telah diserahkan Mensos kepada Yayasan Dana Bakti Kesejahteraan Sosial (YDBKS).

Pada tanggal 9 Maret 1987 Depsos untuk kepentingan YDBKS telah mengajukan permohonan hak atas tanah Cawang Kencana tersebut. Pada tanggal 12 Mei 1987 Mensos Nani Soedarsono mengirimkan surat No. K/B/-46/V-87/MS kepada Dirjen Agraria untuk mendapatkan hak pakai dan sertifikat tanah Cawang Kencana atas nama YDBKS.

Kemudian terbitlah SK Mendagri No. 206/HP/D.A/88 tanggal 29 Juni 1988 tentang Pemberian Hak Pakai atas nama Departemen Sosial UNTUK Kepentingan YDBKS.

Menteri Sosial berikutnya, Haryati Soebadio telah mengirimkan surat No. B/F.08-XI-88/MS tanggal 19 Nopember 1988 kepada Dirjen Agraria yang meminta koreksi atas nama yang tercantum sebelumnya yakni Departemen Sosial agar diubah menjadi atas nama YDBKS.

Pada tahun 1992 di atas tanah Cawang Kencana tersebut didirikan bangunan berdasarkan IMB No. 9216/IMB/1992 yang biaya pembangunan gedung seluruhnya adalah uang milik yayasan (YDBKS). Tidak ada sepeser pun uang negara atau depsos.

Ketika YDBKS dibubarkan/likuidasi pada tanggal 29 September 1999, sesuai akte notaris Siti Pertiwi Henny Singgih No. 82 tahun 1999 tentang berita acara penyerahan dilakukan pengalihan kepemilikan tanah dan bangunan Cawang Kencana dari YDBKS kepada YHCU. Dan kemudian pengelolaan Gedung Cawang Kencana diserahkan YHCU kepada PT. Citra Satya Utama (CSU) melalui surat Ketua YHCU Moerwanto Soeprapto.

Menteri Sosial periode berikutnya, Justika S Baharsjah juga telah mengirimkan surat No. AC.58/LX-99/MS tanggal 17 September 19999 kepada Badan Pertanahan Nasional (BPN) perihal permohonan penggantian nama pemegang hak pakai tanah Cawang Kencana menjadi atas nama YHCU.

BPN Jakarta Timur ternyata telah menerbitkan Sertifikat Hak Pakai Tanah Cawang Kencana atas nama YDBKS pada tanggal 14 Oktober 1999. Meski demikian sesuai akte notaris tanggal 29 September 1999 tanah berikut bangunan di atasnya yang semula milik YDBKS dialihkan menjadi milik YHCU.

Fakta – fakta hukum tersebut di atas ternyata diabaikan begitu saja oleh Ghazali Situmorang yang diduga bertindak untuk dan atas nama kepentingan pribadi atau kelompoknya. Dengan alasan bahwa uang yang digunakan YDBKS untuk membeli membangun gedung di atas tanah tersebut termasuk uang negara. Padahal tidak ada satu pun peraturan perundang – undangan yang menyatakan bahwa uang Yayasan adalah merupakan uang negara. Apalagi uang YDBKS tersebut bukan berasal dari pemerintah atau negara melainkan dari usaha sendiri selaku penyelenggara undian sosial berhadiah pada masa itu.

Keganjilan berikutnya adalah mengenai langkah sekjen depsos melaporkan Moerwanto Soeprapto Ketua YHCU dengan tuduhan melakukan tindak pidana korupsi (tipikor) mengindikasikan adanya kepentingan tersembunyi dari Ghazali Situmorang cs, yang mana kemudian terbukti dengan adanya :

1. Rekayasa penjebakan kepada YHCU yang dilakukan oleh oknum SK dan J dimana Moerwanto diminta uang ‘pengurusan’ oleh penasihat hukumnya sebesar Rp. 300 juta. Uang tersebut disebutkan sebagian untuk oknum jaksa penuntut umum (JPU) pada pengadilan Tipikor, dengan janji kepastian dapat memenangkan perkara tersebut. Permintaan JPU itu didasarkan atas keraguan JPU atas bukti – bukti yang dimiliki oleh pelapor (Ghazali Situmorang). Permintaan uang itu lalu dipenuhi oleh pengelola gedung Cawang Kencana PT. CSU.

Ternyata, pemberian uang sebesar Rp. 150 juta yang dimaksudkan sebagai uang ucapan terima kasih atas pengertian JPU yang bersedia objektif melihat kasus ini lemah dan hanya kriminalisasi terhadap Moerwanto, tiba – tiba menjadi bumerang. Oknum SK dan J yang sejak kasus ini bergulir sudah terlibat menawarkan bantuan kepada Moerwanto, kemudian terbukti sebagai musuh dalam selimut dan pengkhianat. SK dan J malah mengancam pihak JPU agar merekayasa bukti – bukti sedemikian rupa supaya Moerwanto dinyatakan bersalah.

2. Ternyata, Oknum SK dan J adalah pihak yang berkolusi dan diduga otak dari kriminalisasi Ketua YHCU Moerwanto Soeprapto. Terdapat indikasi pasangan suami istri SK dan J serta para mafia di belakangnya telah mengatur hukum dan majelis hakim sedemikian rupa untuk memastikan Moerwanto divonis bersalah.

3. Diduga tekanan, ancaman dan mungkin uang suap jumlah besar dari oknum SK dan J cs kepada majelis hakim yang menyebabkan majelis hakim Pengadilan Tipikor, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung nekad mengabaikan semua fakta hukum, keterangan para saksi dan bukti – bukti yang mematahkan tuduhan korupsi terhadap Ketua YHCU Moerwanto Soeprapto.

4. Terdengar informasi bahwa ada pengusaha properti terkemuka, oknum pejabat tinggi negara dan kerabat Cikeas berada di balik kriminalisasi Moerwanto, jenderal tua yang dikenal sebagai pribadi jujur, berintegritas tinggi dan menghabiskan puluhan tahun umurnya untuk berbakti pada negara dan kegiatan sosial.

5. Terungkap banyak informasi tentang rencana besar nan kotor dari para mafia hukum otak kriminalisasi terhadap Moewanto, dimana nantinya tanah dan bangunan Cawang Kencana yang selama ini digunakan untuk kantor puluhan yayasan dan organisasi sosial, akan dihancurkan dan dibangun apartement mewah bernilai triliunan rupiah dengan modus KKN bersama oknum pejabat tinggi Kementerian Sosial. Lokasi Cawang Kencana sangat strategis sehingga sangat menggiurkan dan membuat para mafia hukum dengan entengnya merekayasa hukum dan mengkriminalisasi seorang anak bangsa mantan prajurit pejuang hingga jadi pesakitan, terpidana korupsi.

6. Upaya hukum Peninjauan Kembali (PK) rencananya segera dilakukan oleh Moerwanto. Namun, belum lagi memori PK disusun, sudah terdengar SK dan J sudah ‘mengunci’ para anggota majelis hakim di MA. Belum diketahui berapa besar uang suap yang dijanjikan kepada para hakim agung durjana itu.

Ketika kami temui di salah satu ruang kantor Gedung Cawang Kencana, Moerwanto terlihat tegar menghadapi kezaliman ini. “Saya prajurit pejuang dik. Sudah biasa menghadapi bahaya kematian di medan perang. Jangankan dipenjara, mati pun saya ikhlas demi mempertahankan kebenaran. Saya tidak ada korupsi sepeser pun. Selama belasan tahun saya curahkan hidup saya mengelola yayasan sosial. Tidak ada keuntungan disini. Honor yang hanya sekitar Rp. 5 juta per bulan dari yayasan sebenarnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dan operasional tugas saya selaku ketua Yayasan. Lihatlah kehidupaan keluarga saya, jauh dari mewah atau kaya raya”, ungkap Moerwanto kepada kami.

Jangan bayangkan Mayor Jenderal Purn. H. Moerwanto Soeprapto seperti jenderal – jenderal orde baru lain. Sosoknya sangat sederhana, alim dan taat beribadah. Beliau menjadi Mualaf ketika bertugas sebaga Komadan Kodim WatanSoppeng, Sulawesi Selatan puluhan tahun lalu. Di Wattansoppeng, beliau berkenalan dengan seorang guru agama terkemuka di Sulawesi Selatan, Almukarrom Daud Ismail, yang kemudian menjadi guru agama Moerwanto saat dia berserah diri masuk agama Islam.

Ketika ditanya mengenai sikapnya terhadap pengkhianatan yang dilakukan SK dan J, Moerwanto mengakui dirinya benar – benar ‘shock’ dan terpukul. ” SK itu sudah saya anggap sebagai adik sendiri. Apalagi SK itu juga mayor jenderal TNI – AD, sama seperti saya. Sedang istri Mayjen SK juga sama seperti saya, seorang mualaf. Jadi, saya benar – benar tidak mengerti kenapa dia tega menikam dari belakang untuk menguasai Cawang Kencana yang sudah puluhan tahun menjadi pusat kegiatan sosial dari puluhan yayasan yang berkantor di sini”, ujarnya lirih.

Namun tiba – tiba jenderal sepuh ini berkata dengan lantang. “Tolong diingat Dik, meski saya sudah dizalimi dengan vonis bersalah, jangan harapkan mereka bandit – bandit itu bisa mudah menguasai mencaplok Cawang Kencana. Ribuan laskar Panglima Besar Soedirman dan laskar – laskar pejuang lainnya akan mempertahankan Cawang Kencana ini sampai titik darah penghabisan. Saya bisa mati, tapi laskar – laskar binaan saya tidak. Mereka akan beri pelajaran pahit kepada para mafia itu !”, suara jenderal itu menggelegar, matanya melotot dan tangannya terkepal ketika ikrarkan janji itu kepada kami.

Bagaimana selanjutnya perjuangan seorang mantan prajurit pejuang yang curahkan hidup, waktu dan tenaganya untuk kepentingan negara dan rakyat, tapi malah berbalas penjara ini? Mari kita nantikan bersama, sembari mohon doa dari seluruh teman pembaca agar perjuangan beliau menegakan kebenaran dan keadilan di negeri ini dapat terwujud. Amiin Ya rabbalamiiin.

“Sesungguhnya nanti perjuangan kalian akan lebih berat karena kalian akan menghadapi musuh – musuh dari bangsa kalian sendiri” – Bung Karno.

Selasa, 24 Desember 2013

Cintailah Musuhmu

Di Suatu pengajian seorang jamaah bertanya kepada ustad, “Pak Ustad, saya ini sedang pusing.  Di kantor saya sedang punya banyak musuh. Mereka membenci saya tanpa diketahui sebabnya. Saya merasa mereka ini berniat jahat kepada saya dan hanya mennggu waktu yang tepat untuk melaksanakan niatnya itu. Apa yang harus saya lakukan Pak Ustad ? Saya tidak bisa tenang selama mereka belum dipindahkan dari kantor” . Sang Ustadz pun tersenyum sambil menjawab :”Pertama sekali Anda harus mengucapkan syukur Alhmadulillah atas rahmat Allah ini. Si jamaah kaget. “Apa -apaan Ustad ini, punya banyak musuh kok disuruh bersyukur ? ” batin jamaah itu.

Belum sempat dia lontarkan keheranannya, Ustad tersebut lanjut nenjelaskan, “Allah memberikan kita musuh karena Dia sayang sama kita, hambanya. Dengan kehadiran musuh, kita mendapatkan banyak manfaat. Setidaknya kita akan selalu waspada dan hati dalam setiap pekerjaan dan langkah kita. Merasa selalu ada yang mengawasi, memperhatikan serta mencari - cari salah kita. Untuk menghindari diri kita mendapat masalah karena kesalahan kita diungkap oleh musuh - musuh tersebut, kita pasti selalu berbuat sebaik dan sebenar mungkin. Musuh menjadikan kita waspada, cermat, giat dan takut berbuat kesalahan sedikitpun. Tanpa kita sadari, keberadaan musuh - musuh itu berguna untuk meningkatkan kemampuan dan kinerja kita. Berterima kasihlah kepada musuh - musuhmu”, saran Ustad kepada jaamaahnya itu.

Robert Greene dalan bukuannya “The 48 Laws of Power” menuliskan panjang lebar bagaimana bermanfaatnya kehadiran musuh di sekeliling kita. Tanpa kehadiran musuh, kita akan menjadi malas, sembrono, melemahkan semangat untuk selalu meningkatkan kualitas diri. Tanpa kehadiran musuh, anda tidak tahu seberapa besar kemampuan anda dan kehilangan orientasi atau arah yang dapat memacu Anda untuk terus maju dan maju. Berterima kasihlah kepada musuh - musuh Anda.

Seorang yang hidup dengan situasi pengepungan dari musuh - musuhnya, akan selalu berusaha sekuat tenaga untuk mencari jalan keluar dari pengepungan itu dan selanjutanya bertekada kuat untuk menaklukan musuh - musuhnya. Jauh lebih baik bagi kita hidup dengan mengetahui kehadiran seorang musuh atau lebih, daripada hidup bersama - sama banyak orang yang semula kita anggap sebagai teman ternyata menikam disaat kita lengah.

Amerika Serikat merasa meraih manfaat yang begitu besar ketika selama puluhan tahun mereka bermusuhan dengan negara Uni Sovyet. Keperkasaan Amerika Serikat yang dimiliki sekarang ini berkat jasa luar biasa dari musuh utama mereka : Uni Sovyet. Sebaliknya, China merasa berutang budi kepada Amerika Serikat yang karenanya lah China mampu menjadi negara kekuatan ekonomi terbesar ketiga dunia dan memiliki cadangan devisa terbesar di dunia. Rasa takut Amerika Serikat terhadap China melebihi rasa takutnya kepada Uni Soviet saat perang dingin terjadi puluhan tahun yang lalu.

Ketertinggalan China dari Amerika Serikat di bidang teknologi militer, mereka balas dengan kekuatan cadangan devisa yang luar biasa besar yang mampu menghancurkan ekonomi dan kehidupan negara adi daya Amerika Serikat. Tidak pernah negara atau pemerintah China mendapatkan perlakuan keras dan kasar dari AS sebagaimana sering dulu dilakukan AS kepada Uni Soviet.

Seorang petinju mutlak membutuhkan sparring patner agar dia tahu kekuataan pukulannya dan kemampuannya menerima pukulan lawan. Keberadaan musuh penting bagi kita untuk mengetahui kekuatan kita yang sesungguhnya.

Dalam ilmu manajemen atau kepemimpinan, seorang pemimpin harus mampu menciptakan suasana menyerupai atau seolah- olah konflik. Kita mengenal istilah manajemen konflik. Melalui konflik yang sengaja diciptakan, organisasi dan para staf kita terbiasa untuk mengambil keputusan yang cepat dan tepat dalam rangka mengalahkan musuh - musuhnya. Kebiasan menghadapi musuh dan mendapatkan kemenangan merupakan modal kepercayaan diri yang besar ketika menghadapi persoalan atau musuh yang sesungguhnya. Ketika Anda tidak memiliki seorang musuh pun, maka Anda hatus menentukan sasaran mana yang Anda tetapkan sebagai musuh. Bahkan seorang teman pun bisa Anda jadikam sebagai musuh.

Seorang politisi atau pemimpin bangsa juga sangat memerlukan kehadiran seorang atau sesuatu untuk dijadikan sebagai musuh agar dia dapat menetapkan dasar - dasar perjuangannya dan membawa rakyatnya bersama - sama untuk memerangi musuh tersebut. Bung Karno menciptakan Amerika dan Inggris sebagai musuhnya dan musuh rakyat Indonesia. “Amerika kita seterika, Inggris kita linggis !” Pekik Bung Karno dalam setiap kesempatan berpidato di hadapan puluhan ribu rakyatnya. Pidato seperti itu bagaikan vitamin penambah semangat rakyat dan menciptakan misi dan tujuan yang jelas dari kepemimpinannya.

Terakhir sebagai penutup, ingatlah baik - baik, bahwa dalam mencari atau menetapkan musuh bilamana musuh tersebut tidak hadir di sekitar kita, pilih atau tetapkanlah musuh yang pasti dapat kita kalahkan. Agar perjuangan kita melawan “musuh” tersebut dapat berakhir dengan kemenangan dan itu artinya kebahagian luar biasa untuk anda dan semua orang yang jadi bawahan atau staf anda. Jika hal tersebut tidak mungkin,  Anda diperkenankan menciptakan musuh anda secara imajiner. Maka, jangan membenci musuh anda, berterima kasihlah kepada mereka. Cintailah mereka karena mereka yang membawa anda ke jalan kesuksesan dan kehidupan yang lebih gemilang. Sekian.

Sabtu, 21 Desember 2013

Bahkan Abraham Samad Pun Takut Usut Korupsi Dahlan Iskan

Perilaku tidak jujur, penipuan, kebohongan publik, kelicikan, korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) Dahlan sudah sejak sebulan terakhir menjadi isu sentral dan polemik besar di ranah sosial media. Karena dinilai mustahil media massa nasional bersedia dan berani mengungkap korupsi serta kejahatan Dahlan Iskan melalui pemuatan berita di media – media mainsteram, akun Twitter @triomacan2000 sejak sebulan lalu terus menerus berkicau mengenai sosok Dahlan Iskan yang sebenarnya. Akun ini secara detail dan gamblang kicaukan banyak tindak pidana kejahatan Dahlan iskan selama ini, mulai dari penggelapan uang sumbangan bencana hingga korupsi Dahlan Iskan saat menjadi Direktur Utama PT PLN (Persero), merugikan negara Rp. 37 triliun. Tak ketinggalan juga dikicaukan modus – modus KKN Dahlan Iskan di berbagai BUMN yang kian menggila sejak ditunjuk Menteri BUMN RI. selaku Dalam bahasa gampangnya, diduga kuat terjadi tindakan yang berpotensi merugikan negara hingga Rp 37 triliun lebih.

Polemik muncul karena para Dahlanis (sebutan bagi tim relawan yang siap berjibaku mengantar Dahlan menjadi Presiden RI) mempermasalahkan tweet (kicauan) tentang fakta ketidakjujuran Dahlan berdasarkan audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) saat memimpin perusahaan listrik milik negara itu. Silang pendapat terkait penggunaan kata korupsi yang dipakai pemilik akun dengan pemahaman inefisiensi yang diyakini Dahlanis bukanlah korupsi. Begitu kuatnya pembelaan buta yang dilakukan Dahlanis, sampai-sampai Suara Rakyat @triomacan2000 membuktikan janjinya membuka lengkap hasil audit BPK terhadap kinerja PT PLN di bawah kendali Dirut Dahlan Iskan. Tentu termasuk penggambaran fakta-fakta modus dan cara ‘pencapaian prestasi’ inefisiensi yang membuat negara merugi triliunan rupiah itu.
Entah apa yang dibenak dan bagaimana rusaknya moralitas para Dahlanis itu, yang jelas, di tangan Dahlan, PT PLN secara ekonomis sebuah perusahaan bukannya meraup keuntungan bagi negara sebagai pemiliknya.

Sebaliknya, justru kerugian yang nilainya lebih dari lipat enam kasus BLBI. Mereka dengan modal ‘keluguan’, ‘apa adanya’ dan ‘jujur’ berusaha meyakinkan bahwa yang terjadi adalah inefisiensi. Meski faktanya tetap merugikan keuangan negara. Dan kerugian negara dalam hukum pidana dikenal dengan sebutan KORUPSI.

Secara singkat kita berikan sedikit contoh dan modus penipuan seorang anak manusia yang bernama Dahlan Iskan :
1. Dahlan Iskan adalah seorang Pembohong. Dahlan berbohong kepada dirinya sendiri, keluarga, rakyat Indonesia dan Allah ketika dia mengatakan bahwa tanggal lahirnya adalah 17 Agustus 1951 dengan alasan tanggal 17 Agustus itu dipilih karena dia tidak ingat tanggal lahirnya. Sungguh alasan yang tidak masuk akal karena Dahlan Iskan mempunya orang tua, saudara, keluarga dan pihak lain yang tahu persis tanggal lahirnya. Semua agama mengajarkan bahwa : Kebohongan adalah Ibu dari semua kejahatan.

2. Dahlan Iskan adalah seorang Peselingkuh dan Penzina. Dahlan berbohong kepada rakyat dengan mengaku beristri satu yakni Ibu Nafsiah seorang, sedang semua staf, karyawan dan keluarga besar Jawa Pos Grup tahu Dahlan Iskan beristri lebih dari satu, termasuk Nany Wijaya, Heidy Lorens dan perawat rumah sakit berwarga negara china yang dia nikahi beberapa tahun lalu. Mungkin masih banyak lagi istri gelap Dahlan Iskan yang disembunyikannya.
Mengenai Nany Widjaya dan Hedy Lorens keduanya mantan wartawan. Nany bahkan mantan wartawan Jawa Pos yang sempat mencuat namanya karena liputan ‘Revolusi Orange’ yang dilaporkannya dari Manila Pilipina saat terjadi revolusi EDSA disana pada tahun 2001 lalu. Hubungan Nany dengan Dahlan diawali dengan perselingkuhan yang mereka lakukan sampai akhirnya perzinahaan itu diketahui oleh istri Dahlan, Ibu Nafsiah. Baru tak lama setelah peristiwa memalukan itu Nany dan Dahlan menikah, mengakhiri ‘kumpul kebo-nya’ selama bertahun – tahun.

3. Dahlan Iskan adalah seorang Penjahat, penggelap uang sumbangan untuk korban bencana. Selama setahun terakhir ini Dahlan Iskan secara total menampilkan pencitraan dirinya sebagai sosok yang sederhana, merakyat, bersih bagai malaikat, tak punya dosa dan figur antikorupsi. Ia bahkan menyerang partai-partai politik dan anggota DPR yang dituduhnya serakah dan pemeras BUMN.
Padahal Dahlan sejatinya jauh lebih korup, penipu dan pemeras. Kejahatan luar biasa Dahlan Iskan adalah pada penggelapan uang sumbangan pembaca Jawa Pos untuk disalurkan kepada ribuan warga Maumere, Sikka, NTT yang menjadi korban dan dirundung berduka akibat bencana tsunami dan gempa 7.8 SR pada 12 Desember 1992. Tidak kurang 2570 orang tewas dan puluhan ribu warga mengalami luka, sakit dan terancam kelaparan akibat bencana alam tersebut.
Dahlan Iskan dan Nany Wijaya melalui Harian Jawa Pos memuat pengumuman kepada warga Jawa Timur dan sekitarnya agar menyumbang uang dan lain – lain untuk korban bencana. Harian Jawa Pos berhasil menghimpunuang sumbangan sekitar Rp 1.7 miliar. Jumlah yang sangat besar pada saat itu (1993). Bila dikonversi dengan nilai uang saat ini (2013) sekitar Rp 41 miliar. Namun, sungguh tragis, uang sumbangan rakyat Jawa Timur yang seharusnya disalurkan Dahlan Iskan kepada ribuan rakyat Maumere, Sikka, NTT, para korban bencana gempa dan tsunami, justru disalahgunakan. DiGELAPKAN DAHLAN ISKAN. Astagfirullah …
Uang tersebut tak pernah sampai ke rakyat Maumere NTT. Entah setan iblis mana yang menjerumuskan Dahlan Iskan dan Nany Widjaya sampai tega berbuat keji memakan uang bantuan hak orang korban bencana. Kasus penggelapan uang sumbangan bencana Maumere NTT ini sudah sampai di Kejaksaan Negeri Surabaya dan Kejaksaan Tinggi Jawa Timur. Namun kasusnya kemudian dipetieskan tim penyidik Kejati Jatim karena tekanan dan ancaman dari kelompok media Jawa Pos dan melalui lobi Dahlan Iskan kepada pejabat – pejabat tinggi Jatim dan Jakarta untuk membantu menghentikan kasus yang sangat memalukan itu.

4. Dahlan Iskan adalah seorang Pencuri. Pada Tahun 2001, tim Operasi Penertiban Aliran Listrik (Opal) dari rayon PLN Mayjen Sungkono Surabaya menemukan pencurian listrik di kantor pusat Jawa Pos, Gedung Graha Pena Surabaya. Pencurian listrik berdaya 1600 KVA itu diprediksi merugikan Negara miliaran rupiah. Tim Opal kemudian menetapkan denda sebesar Rp 2 miliar. Sayangnya, ketika kasus tersebut sampai di Unit Bisnis Distribusi (UBD) Jatim yang saat itu dipimpin Fahmi Mochtar, seperti hilang begitu saja. Rupanya Jawa Pos menekan PLN dengan melakukan running kasus korupsi di tubuh PLN yang saat itu dikenal dengan “Paidjo Gate” selama hampir enam bulan. Akibatnya PLN pun tak berkutik hingga kasus ini menguap. Ironis memang, Gedung Graha Pena yang notabene dimiliki Dahlan, mencuri listrik, tapi kemudian Dahlan bisa menjadi Dirut PLN.
Di kalangan tertentu di Surabaya ada anekdot tentang Dahlan Iskan : “Dahlan Iskan berhasil menjadi Dirut PLN dan Menteri BUMN karena dia tahu bagaimana cara mencuri listrik negara dan tahu bagaimana cara merampok BUMN dengan cara terang – terangan namun tetap bisa aman. Tidak masuk penjara”.

5. Dahlan Iskan adalah seorang Koruptor ulung. Pada tahun 1999 beberapa perusahaan daerah (PD Aneka Pangan, PD Sarana Bangun, PD Aneka Kimia, PD Aneka Jasa & Permesinan dan PD Aneka Usaha) dilebur menjadi satu holding company bernama PT Panca Wira Usaha Jatim (PT PWU Jatim). Dahlan yang kala itu menduduki posisi CEO Jawa Pos Group pun dijadikan direktur utama. Tujuannya tentu saja untuk efisiensi dan menjadikan BUMD yang baru itu mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi PAD Pemprov Jawa Timur. Akan tetapi bak api jauh dari panggang, ternyata harapan terlalu jauh dari kenyataan. Sejak didirikan tahun 1999 yang lalu sampai sekarang, PT PWU Jatim tetap saja didera kerugian terus menerus. Alhasil pemprov Jatim pun harus selalu merogoh koceknya untuk mengucurkan dana yang diambilkan dari APBD kepada PWU Jatim untuk menyelamatkannya dari kebangkrutan. Hingga tahun 2009 yang lalu saja, dimana Dahlan menjadi Dirut PWU, Pengprov Jatim telah mengeluarkan dana bagi BUMD itu sebesar Rp 169 miliar. Tapi setorannya kepada PAD sangat minim. Lantas dimana kehebatan CEO-nya?. Yang menarik justru sejak PT PWU yang dipimpin Dahlan dibentuk dan ditengah-tengah kuncuran tambahan modal yang melimpah dari Pemprov jatim, banyak aset PT PWU yang hilang menguap tak tahu rimbanya. Aset berupa tanah dan bangunan yang tersebar di seantero Jatim semaikin lama semakin menyusut. Dalam daftar asset BUMD yang disusun PT PWU Jatim pada tahun 1999, tercatat PT PWU Jatim memiliki tanah seluas 904.072 m2 dengan bangunan seluas 235.793 m2. Akan tetapi sejak beberapa tahun sebagian besar tanah dan bangunan itu telah berpindah tangan.
Di Surabaya saja terdapat bangunan seluas 143.757 m2 yang tersebar di berbagai persil seluas 365.843 m2. Namun, banyak yang tidak lagi dibawah penguasaan PT PWU Jatim. Sebagian besar hak atas tanah dan bangunan telah berpindah tangan kepada pihak lain karena diam-diam dijual dan dialihfungsikan. Sebut saja persil di Jl Setail 44 Surabaya yang sudah sejak lama berpindah tangan. Begitu pula sejumlah persil milik eks berbagai PD di sepanjang Jl Ngagel Surabaya, hanya tinggal satu persil yang masih dikuasai PT PWU Jatim. Yakni, di Jl Ngagel 159 yang kini menjadi kantor PWU Jatim Unit Persewaan. Selebihnya yang semula berupa pabrik karet, pabrik aki, pabrik roti, perkantoran dan pergudangan serta perumahan karyawan tidak berbekas lagi. Deretan bangunan di atas tanah di Jl Ngagel 127, 133, dan 139-141 Surabaya kini telah menjadi hotel, stasiun pompa bensin dan mall (Carrefour). Begitu pula bangunan Jl Ngagel 77 dan 213, sejak tahun 2007 sudah berubah menjadi kompleks ruko. Hal yang sama juga terjadi di Kota Kediri. Bangunan dan tanah seluas 32.439 m2 milik PT PWU Jatim di Jl Basuki Rahmat Kediri, yang semula adalah Koperasi TNI AD telah menjadi Kompleks Ruko.

6. Dahlan Iskan adalah seorang Penipu, sumber penderitaan rakyat. Setelah sukses besar menggarong aset BUMD Jatim sampai kandas, Dahlan Iskan kian ahli, berpengalaman dan bertambah percaya diri menjalankan aksi penipuan dan korupsi. Pada tahun 2002 Dahlan Iskan sudah mengincar Gubernur Kalimantan Timur Suwarna AF sebagai target korban penipuan berikutnya. Secara khusus Dahlan menemui Suwarna dalam rangka membujuk sang gubernur untuk bersedia mendirikan perusahaan daerah (perusda) ketenagalistrikan untuk diberi mandat membangun dan mengoperasikan pembangkit listrik guna mengantisipasi kebutuhan listrik masyarakat dan industri Kaltim yang semakin besar dan tidak bakal mampu dipenuhi oleh pemerintah melalui PT. PLN (Persero).
Gubernur Kaltim pada saat itu memang sudah berencana untuk mendirikan sebuah PLTU di propinsi yang dipimpinnya. Suwarna setuju untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan PLTU melalui pembentukan Perusda Kelistrikan. Apalagi, Dahlan menyatakan kesediaan dan kesanggupannya untuk menjadi patner di proyek PLTU tersebut dengan menyetorkan modal sebesar Rp. 56 miliar dikonversi dengan kepemilikan 40% saham di PT. Cahaya Fajar Kaltim (CFK), perusahan patungan antara Perusda Kaltim dengan PT. Kaltim Electric Powerindo (Jawa Pos) yang nantinya akan dibentuk oleh Dahlan.
Namun apa lacur, Gubernur Kaltim jadi korban penipuan Dahlan Iskan. Modal Rp. 56 miliar tidak pernah disetor, uang APBD Rp. 96 miliar dikorupsi Dahlan, PLTU Embalut. 2 x 25 MW macet. Baru selesai tahun 2008 dan selalu alami kerusakan. Pemda Kaltim rugi, rakyat Kaltim menderita karena listrik yang dijanjikan tdk pernah ada. Akibat kejahatan Dahlan Iskan, nasib rakyat Kaltim ibarat kata pepatah : arang habis besi binasa.
Tidak adakah lagi tersisa aparat hukum dan pemimpin di negeri ini yang jujur dan berani sehingga membiarkan saja seorang anak manusia bernama Dahlan Iskan berbuat semaunya ?

Sosok Dahlan Iskan Si Penipu Besar dari Magetan Bag(1)

Gaya bicara seorang Dahlan Iskan ceplas ceplos, sering menceritakan kehidupan dan pengalaman masa lalu dan perilaku apa adanya memang sudah menjadi ciri khas seorang Dahlan Iskan yang kini dipercaya Presiden SBY sebagai Menteri BUMN. Karakter seperti Itu pula yang membuat pribadinya terkesan lugu, polos dan jujur sehingga banyak rakyat percaya terhadap kesan yang ditimbulkannya. Secara sekilas orang atau rakyat banyak hanya melihat dari jauh, mengetahui dari pemberitaan media atau menonton acara tentang diri dan kehidupannya yang memang penuh warna warni, perjuangan, kisah sukses sebagai pengusaha dan sebagai pejabat negara.

Budaya masyarakat Indonesia yang mudah percaya pada seseorang meski baru dikenal atau hanya mengetahui dari pemberitaan di media massa. Mayoritas rakyat bahkan malas mencari tahu referensi tentangnya, padahal niscaya mereka yang mau sedikit luangkan waktu untuk meneliti sosok Dahlan Iskan pasti semua hanya bisa terkesima, terbengong – bengong penuh rasa tidak percaya dan mungkin sekali muncul amarah luar biasa terhadap sosok pribadi Dahlan Iskan yang sebenarnya.m
Bertopeng Keluguan

Dengan menggunakan topeng keluguannya, Pak Bos, demikian Dahlan Iskan biasa disapa para anak buahnya di lingkungan Jawa Pos Grup, sangat mudah memperdaya siapa saja demi tujuan tersembunyi dibalik keluguan dan keramahannya. Sudah banyak bukti dan korban dari jurus ampuh ‘keluguan’ yang ditampilkan Pak Bos terutama kepada orang – orang tertentu yang menjadi target mangsa penipuannya.
Sesuai dengan falsafah hidup Dahlan Iskan yang selalu diutarakannya kepada orang – orang terdekatnya, “Pencitraan adalah segala – galanya. Jika citra diri kita sangat bagus di mata orang dan masyarakat luas, kita dapat melakukan apa saja. Semua pasti percaya bahwa apa yang kita lakukan adalah benar dan baik”. Itulah kunci rahasia ‘kesuksesan’ Dahlan Iskan yang sepanjang hayatnya selalu menipu orang lain dan merugikan negara.

Makna lugu sejatinya adalah tidak banyak tingkah dan bersahaja. Tidak Banyak Tingkah tercitra dari sikapnya yang mengagungkan ‘kerja…kerja…kerja…’. Bersahaja nampak dari kebiasaan berpakaian dan bersepatu khas terkesan mengabaikan aturan protokoler kenegaraan, bahkan kalau perlu meminjam pakaian sopirnya (anehnya tetap mengumumkan ke publik melalui media massa yang dikuasainya. Bersahaja kok senangnya sengaja mengumumkan dan mempertontonkan keluguan).
Begitu pula soal ‘apa adanya’. Tanpa tedeng aling-aling. Dahlan, bahkan terlampau sering mengucap dan begitu bangga menyebut kalimat ‘apa adanya’ untuk menggambarkan pola pikir yang berakhir pada setiap tindakannya. Namun, ‘apa adanya’ Dahlan sering tidak pada tempatnya. Lebih cenderung ke sikap grusa grusu. Mudah saja mencarikan contoh atas sikapnya yang mengagungkan ‘apa adanya’ dan ternyata justru tidak pada tempatnya.

Misalnya sikap grusa-grusu saat tak sabar hati dengan antrian kendaraan di pintu Tol Semanggi menuju Slipi, Selasa (20/3/12). Benarkah? Tidak. Faktanya, saat itu hanya ada antrian 30 kendaraan. Kondisi yang sangat sangat wajar dibanding jutaan kendaraan yang lalu lalang di jalanan Jakarta. Sikap itu justru jadi cermin bahwa Dahlan, jika berkuasa akan seenaknya sendiri dengan dalih sikap ‘apa adanya’. Padahal, jika dipikir dengan nalar normal, sekaya apapun orang itu, pasti berpikir keras sebelum membuka paksa pintu tol, membuang kursi dari ruang kerja petugas gerbang tol dan memerintahkan mobil-mobil itu menikmati jalan tol tanpa bayar. Sebab, ada ancaman hukuman yang menanti pelaku pembuka paksa pintu tol.
Namun, Dahlan bebas dan tidak tersentuh, karena posisinya sebagai Menteri BUMN, ‘pemilik’ pengelola jalan tol itu. Indikasinya gampang saja. Kalau memang Dahlan care, mengapa tindakan itu tidak dilakukannya saat menjabat sebagai Dirut PT PLN, atau ketika dia belum jadi pejabat. Dalam bahasa sederhana, kalau tindakan anarkis terhadap pintu tol itu dilakukannya, Dahlan juga bisa membayar kerugian dari uangnya yang tanpa seri.

Tapi itu lah Dahlan. Grusa grusu karena merasa ‘adi gang dan adi gung’ lebih tepat ketimbang perkara sikap ‘apa adanya’. Karena tidak mungkin ada yang berani menindaknya, maka Dahlan berbuat seenaknya. Ada idiom di kalangan orang dekat Dahlan soal kejujuran. Jika Anda bertanya pada 100 anak buah Dahlan soal kejujuran ‘Pak Bos’, maka akan ada 200 jawaban yang menyebut tidak.

Sejak menjadi orang kuat (Bos Jawa Pos Grup, Raja Media RI) Dahlan sudah dikenal tidak jujur. Ironisnya, ketidakjujuran itu begitu nampak tanpa perlu melakukan investigasi. Penyelewengan dana sumbangan pembaca untuk korban tsunami Maumere adalah contoh paling mudah. Jangankan menghukum dan menindak pelakunya, Dahlan bahkan nyaris tidak pernah bersedia membicarakan kasus penyelewengan amanah tersebut.

Sebut saja soal penjualan klub sepakbola Mitra Surabaya. Dengan status milik publik, karena menjual ribuan saham ke masyarakat, Dahlan dengan enteng, menjualnya saat tim itu sudah tidak memberinya peluang meraup keuntungan finansial dan sosial. Ironisnya, penjualannya tanpa proses administrasi layaknya sebuah institusi ‘go public’.

Yang terbaru adalah tulisannya soal Evan Dimas. Kapten tim nasional PSSI U-19 yang sukses menjuarai Piala AFF U-19, September lalu. Beberapa hari setelah sukses anak-anak muda itu, Dahlan dengan enteng meng-klaim bahwa Evan Dimas adalah hasil pembinaan sebuah tim yang dulu didirikannya (maksudnya tentu Mitra Surabaya itu).

adahal siapapun tahu, Mitra Surabaya itu sebuah tim hasil hibah dari A Wenas, pendiri sekaligus pemilik Niac Mitra, klub yang kemudian berubah menjadi Mitra Surabaya lalu terakhir berubah nama menjadi Mitra Kukar. Sedangkan Evan Dimas sendiri adalah mantan anak didik sekolah sepakbola Mitra Surabaya yang didirikan Ketua Harian KONI Jatim Dhimam Abror pada 7 Juni 1998. (Bersambung)



Kenapa Para Tokoh Unggulan Akhirnya Terjerat Kasus Korupsi?


Siapa yang tidak kenal reputasi luar biasa bagus yang sebelumnya melekat pada pribadi tokoh – tokoh unggulan dan teladan di kampusnya, di kancah nasional dan di panggung dunia internasional seperti : Prof. Dr. Rudi Rubiandini, Prof Dr. Rokhim Dahuri, Prof. Dr. Nazaruddim Sjamsudin dan seterusnya sebelum mereka tersungkur terjerembab menjadi tersangka, terdakwa dan akhirnya terpidana korupsi ?

Siapa yang tidak menyesalkan jeratan kasus pidana korupsi terhadap diri mereka ? Kasus korupsi yang menyesakan dada dan disesalkan seluruh rakyat Indonesia ? Apakah semua itu harus terjadi ? Apakah semua itu terjadi begitu saja ? Apakah karakter mereka mendadak berubah setelah beralih profesi dari ilmuan akademisi menjadi koruptor atau memang ada skenario konspirasi dari pihak tertentu yang sengaja merancang jebakan untuk menjerat dan mengkriminalisasi para tokoh teladan moral dan integritas bangsa itu ?

Mari kita bahas ungkap semuanya agar tidak menjadi preseden berkepanjangan di kemudian hari. Agar kasus mereka dapat menjadi pelajaran dan tidak terulang kembali terutama terhadap tokoh – tokoh akademisi kampus berintegritas tinggi yang saat ini menjadi teladan dan suatu saat nanti ditunjuk menjadi pejabat tinggi negara memimpin sebuah instansi atau institusi negara yang besar dan strategis.

Rokhim Dahuri sosok akademisi cemerlang dari Institut Pertanian Bogor (IPB) terjatuh hanya karena beliau mengumpulkan sumbangan dari pihak rekanan Kementerian Kelautan dan Perikanan yang mana uang sumbangan tersebut bersifat sukarela, tercatat secara rapi sebagai ganti dari kebijakan beliau menghapuskan dan melarang suap di lingkungan Kementeriam KP. Beliau terbukti tidak menggunakan uang sumbangan rekanan tersebut untuk kepentingan memperkaya diri, keluarga atau kroni – kroninya. Uang tersebut lebih banyak digunakan untuk sumbangan kegiatan sosial atau kegiatan tokoh – tokoh tertentu diantaranya Amien Rais yang kemudian terungkap ke publik dan menjadi salah satu penyebab Rokhim dijadikan tersangka korupsi, lalu divonis bersalah. Beliau jadi narapidana korupsi dan dipenjarakan. Sungguh mengenaskan !

Nazaruddin Sjamsuddin, siapa yang meragukan jasa luar biasa beliau ketika sukses mengemban amanah selaku Ketua Komisi Pemiliha Umum (KPU) RI yang menyelenggarakan pemilihan umum dan pemilihan presiden tahun 2004, yang untuk pertama kalinya dilaksanakan secara langsung dan sangat demokratis di Indonesia. Ditengah – tengah hampir semua pihak sebelumnya meragukan keberhasilan beliau mensuksekan pemilu /pilpres. Beliau adalah figur unggulan dari Universitas Indonesia (UI), baik keilmuan, moral, integritas dan kredibilitas Nazaruddin Sjamsuddin yang terkenal sampai ke seluruh dunia, namun akhirnya terpelanting, dituduh menerima suap dan merugikan negara (padahal tidak benar) serta divonis bersalah. Sungguh sangat mengenaskan !

Rudi Rubiandini dosen teladan dan terpintar dari Institut Teknologi Bandung (ITB) terperangkap konspirasi mafia migas Indonesia yang bekerjasama dengan oknum – oknum KPK yang kemudian menjadikannya sebagai tersangka kasus suap ratusan ribu US$ yang sampai sekarang belum jelas motifnya. Namun, bagaimana pun juga, beliau kini menjadi pesakitan KPK. Tanpa rakyat banhak mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi. Sungguh amat sangat mengenaskan !

Pelajaran apa dapat kita petik dari musibah menimpa tokoh – tokoh tersebut di atas ? Kenapa nasib mereka bisa berubah drastis dari seorang pahlawan dan teladan menjadi orang yang terpinggirkan ? Kenapa mereka tidak mampu, tidak kuasa, tidak berhasil menghadapi jebakan dan perangkap para mafia dan oknum – oknum aparat hukum antek kaki tangan para mafia ? Satu hal kita, seluruh rakyat Indonesia, harus mencamkan bahwa mereka tersebut di atas, para tokoh unggulan dan teladan itu sesungguhnya tidaklah berubah dari karakter asli mereka yang berintegritas dan bermoral tinggi.

Mereka menjadi korban keadaan. Mereka dikondisikan untuk menjadi penjahat dan koruptor. Mereka adalah para teladan yang jadi tumbal permainan elit kekuasaan …miris.

Kepada seluruh tokoh terutama di lingkungan akademis, berhati – hatilah jika anda semua mendapatkan amanah ditunjuk menjadi pejabat tinggi negara di birokarasi pemerintahan atau negara. Dunia kekuasaan itu berbeda dengan dunia kampus. Banyak penjahat, mafia, bajingan penguasa yang tampil di depan dengan wajah malaikat berkedok demi rakyat padahal mereka adalah Iblis Durjana. Mereka tidak sungkan – sungkan mengancurkan anda semua jika tidak bersedia memenuhi keinginan mereka atau mereka menganggap anda semua telah merugikan kepentingannya dengan kehadiran anda sebagai pejabat negara.

Ketika anda masuk ke lingkungan dunia kekuasaaan melalui penunjukan / pengangkatan anda sebagai pejabat negara, sesungguhnya anda sudah berada dalam ancaman cengkraman mereka. Anda seperti perawan di sarang penyamun. Waspadalah …waspadalah …seperti nasihat Bang Napi. Sekian. Terima kasih.

Kamis, 12 Desember 2013

Pelecehan Seksual Ulin Yusron pada Konsultan Cantik Edelman

Gue temen deketnya Safira Mardjono yang sekarang bekerja sebagai salah satu staff konsultan di Indopacific Edelman. Sebelum gabung ke Indopacific, Safira bekerja di koran The Jakarta Post. Dan Safira juga dikenal sebagai penulis buku In Between Euphoria and Melancholy (lihat foto di atas).

Memutuskan pindah jalur dan bekerja sebagai konsultan, Safira cerita ke gue karirnya disini bakal lebih baik. Walaupun Safira pernah cerita, kok pindah jadi konsultan ujung-ujungnya cuma nulis Press Rilis buat media dan wartawan, tapi gue tau semangat dia masih gede dan serius geluti karir barunya.

Temen gue yang satu ini emang cakep, wajar kalo banyak yang demen. Safira pun tau dan selalu mawas diri. Dia juga selalu ingin keliatan low profile. Walaupun menurut gue, sebiasa-biasanya dia dress up, pakai baju paling kasual pun, tetep aja keliatan wah he3


Tapi Safira betul-betul nggak nyangka kalo dirinya bakal menerima pelecehan seksual dari wartawan. At least, itu nggak pernah kepikiran waktu Safira pindah jalur dari wartawan jadi konsultan.

Makanya dia kaget banget waktu dilecehkan secara seksual oleh wartawan Jurnal Parlemen namanya Ulin Ni’am Yusron waktu acara di Singapur. Indopacific pada 16 November kemaren bikin acara semacam training gitu di Singapur dan mengundang beberapa wartawan, termasuk si Ulin ini.

Gue sebagai temen deket Safira maklum banget kalo banyak yang tertarik sama gadis pinter dan berkarakter ini. Makanya gue nggak heran kalo Ulin mungkin tertarik sama Safira.

Tapi dari curhatnya Safira, ternyata Ulin kurang ajar banget. Selama acara di Singapur, Ulin terus aja nempelin Safira. Awalnya modus ngobrol-ngobrol biasa, lalu mulai deh narsisnya Ulin cerita-cerita kalo dia yang bikin portal beritasatu.com. Terus dia juga cerita kalo punya servis detektif swasta namanya kalo nggak salah Aviyasa Consulting. 

Terus dia cerita juga soal portal beritasatu.com yang dia bangun dengan dana ratusan juta rupiah akhirnya harus dijual ke Lippo Group karena masalah keuangan. Kalo menurut gue sih, palingan karena bad manajemen ajah, makanya sampe harus dijual. 

Masih kurang narsis, Ulin juga cerita-cerita kalo dia sekarang cuma wartawan biasa di jurnal parlemen. Maksudnya palingan pengen bilang kalo dia pernah jadi bos, terus jatuh bangkrut, terus survive jadi bawahan lagi.

Intinya kalo gue bilang sih pengen cari perhatian aja dari Safira.

Yang paling kurang ajar tuh ya, masak si Ulin ngajakin Safira ML (Making Love) selama acara di Singapur. Pelecehan seksual Ulin dilakukan terang-terangan. Ngajak ML sambil colek-colek si Safira. Jijik banget nggak sih kelakuannya?

Dan kata Safira, pelecehan seksual Ulin nggak terjadi sekali. Selama 2 hari berturut-turut Ulin coba-coba tawarin mau ML apa nggak sama dia. Gila aja. Dan nggak cuma pelecehan seksual secara verbal ajah, pakai colek-colek segala. Udah ditolak, dimarahin sama Safira, masih ajah terus-terusan ngajak ML sambil colek-colek. Kampungan. Masak kelakuan wartawan begitu.
Sori-sori aja ya temenku yang cakeeepp.. Nggak ada maksud jelek kok disini. Gue yang bongkar disini, supaya publik tau kalo Ulin udah kurang ajar sama loe.

Emang bangsat tuh kelakuan si Ulin. Hans David ajah sampe kesel banget sama si Ulin.

Buat yang belum tau muke si pelaku pelecehan seksual, nih gue kasih fotonyah



Banyak gaya, nggak taunya tipe yang suka ngerendahin cewek. Bajingan kau Ulin.

*dedicated to Safira Mardjono yang telah menerima perlakuan tidak menyenangkan pelecehan seksual dari Ulin Ni'am Yusron dan akhirnya harus menghapus akunnya di Twitter. Indopacific Edelman, kantor tempatnya bekerja pun meminta Safira tidak merespon apalagi maju ke jalur hukum, karena tidak ingin berbenturan dengan wartawan. Indopacific malah membantu Ulin mendesak Kompasiana dan Kaskus untuk menghapus tulisan ini agar tidak terblow up.

Surat Sakti Dahlan Iskan Muluskan 4 Ladang Migas Cepu Pertamina EP Ke Geo Corp

PT Pertamina (Persero) menyerahkan 4 ladang tua Enchanced Oil Recovery (EOR) Migas di Blok Cepu yang dikelola anak usaha PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (PT EP) kepada Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Geo Minergy Corporation, langkah ini disayangkan oleh sejumlah pihak karena lapangan migas di Cepu dikatakan salah satu andalan perseroan untuk meningkatkan produksi minyak mentah dan kondensat, namun justru diserahkan kepihak asing melalui Kersama Sama Operasional (KSO) Pertamina EP dengan Geo Cepu Corporation. Namun di sisi lain perusahaan BUMN ini malah ingin mengambil alih Blok Mahakam dan Siak dari PT Total dan PT Chevron, sementara lapangan yang ada justru diserahkan kepada pihak ketiga.

Dari informasi yang dihimpun oleh beritaheadline.com bahwa keputusan Pertamina tersebut, ternyata didasari oleh campur tangan Menteri BUMN Dahlan Iskan karena secara pribadi mengenal Direktur Geo Cepu, Gunawan Hadi yang sebelumnya menyerahkan surat curhatan kepada Dahlan dan pada ujung-ujungnya Dahlan justru memberikan memo kepada Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan, dan oleh Karen diteruskan lagi dengan mengeluarkan disposisi kepada Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Afdal Bahaudin serta Direktur Hulu Muhammad Husen untuk dibahas dalam rapat direksi.

“Masukan dari Pak Dahlan. Bahas di BOD yaa bersama-sama dengan PTEP,” demikian kutipan tulisan tangan Karen Agustiawan pada (22/07/2013) di lembar penerus disposisi.

PT Pertamina (Persero) akhirnya membahas disposisi dari Dahlan Iskan tersebut dan lima hari kemudian atau pada (29/07/2013) antara PT Pertamina dengan Geo Corp menandatangani kesepakatan rencana kerjasama peningkatan produksi melalui EOR.

Sungguh sakti surat memo dari Dahlan Iskan sehingga menggugah PT Pertamina (Persero) untuk menunjuk Geo Corp sebagai mitra di Blok Cepu. Padahal proposal Geo Corp pernah dibahas oleh perusahaan BUMN itu setahun lalu dan belum ada tanggapan kapan penyerahan pengelolaan sumur-sumur tua itu akan dilakukan.

Namun yang lebih anehnya lagi bahwa, pada tanggal (02/08/2013) PT Pertamina (Persero) mengubah pedoman kerjasama usaha hulu (KSO) pada wilayah kerja PT Pertamina EP yang berisi tentang diperbolehkannya mekanisme penunjukan langsung mitra KSO dalam kondisi darurat atau mendesak, sementara sebelumnya mitra KSO diharuskan melalui sejumlah proses tender (beauty contest).

Sementara, Anggota DPR RI Bobby Rizaldi menyayangkan keputusan PT Pertamina (Persero) untuk melakukan Penunjukan Langsung (PL) kepada KKKS Geo Corp tersebut, seharusnya sebelum dilakukan PL harusnya melalui sejumlah proses tender. Namun dalam waktu dekat, Fraksi Golkar dari Komisi 7 DPR RI akan segera memanggil Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan terkait keputusan pemberian 4 ladang Migas tanpa melalui sejumlah proses tender.

“Tidak ada hal lain kecuali kita akan memanggil dan meminta penjelasan Ibu Karen, terkait keputusannya tersebut,” tutur Bobby sesaat menghadiri seminar Geothermal dari FWESDM pada kamis siang, (12/12/2013) di Jakarta Pusat.

Bobby menjelaskan, terkait surat disposisi Dahlan Iskan tidak menjadi persoalan, karena yang membuat keputusan dan kebijakan adalah Dirut Pertamina, sehingga tangg

Rabu, 11 Desember 2013

Surga Bumi Sumatera

“Bumi Parahiyangan diciptakan Tuhan kala Dia tersenyum,” demikian kita sering mendengar ucapan orang yang hendak melukiskan betapa indahnya bumi dan alam Jawa Barat khususnya Bandung dan sekitarnya.

Siapa yang tidak terpesona dengan keindahan alam Bandung ? Kota yang sampai saat ini menjadi tujuan terfavorit mayoritas warga Jakarta yang ingin lepaskan penat dengan berakhir pekan nikmati pesona luar biasa alam kota Bandung.

Geografi Bandung yang merupakan kawasan dataran tinggi menghadirkan hawa pegunungan yang sejuk dan segar. Seolah-olah menjadi vitamin bagi para jiwa yang kering setelah berhari-hari berpacu dengan waktu dan pekerjaan.

Kita tidak usah ragukan lagi luar biasanya pesona keindahan alam bumi parahiyangan itu. Namun apakah kita tahu bahwa nun jauh di sana, di tengah-tengah pulau Sumatera, juga ada surga yang menghanyutkan jiwa ? Surga yang terlupakan karena jarang dipromosi  media, surga yang jarang dijamah kaki - kaki wisatawan karena minimnya iklan dan pengetahuan.

Sumatera Barat adalah propinsi dengan pesona alamnya yang menakjubkan. Jika hanya punya waktu sepekan, tak akan cukup bagi kita untuk merasakan semua keindahan alam minangkabau ciptaan Tuhan Yang Kuasa.

Bicara mengenai potensi pariwisata Sumatera Barat adalah bicara yang tidak pernah ada habisnya. Mulai dari daya tarik keindahaan Danau Maninjau, Singkarak sampai Danau Di Atas dan Danau Dibawah. Kedua danau terakhir  ini dikenal dengan sebutan Danau Kembar. Kedua danau tersebut terletak di Desa Pasar Simpang, Kecamatan Lembayang Jaya, Kabupaten Solok, berjarak kurang lebih 47 km dari Kota Solok dan 56 km dari Kota Padang. Keunikan dari danau kembar tersebut adalah untuk menuju Danau Di atas, kita harus melalui jalan yang menurun sedangkan untuk menuju Danau Dibawah, kita harus melalui jalan yang mendaki. Di sekitar danau ditanam pohon buah markisa dan aneka pohon buah serta sayur mayur. Semua ini menakjubkan mata siapa pun yang memandangnya.

Alam Minangkabau yang terletak di sepanjang ‘punggung’ pegunungan bukit barisan itu menghadirkan pula indahnya pemandangan pegunungan yang mengelilingi propinsi Sumatera Barat. Kita dapat  menikmati dan menyaksikan betapa indahnya alam di sekitar kota Bukittinggi yang dihiasi Gunung Merapi, Gunung Singgalang atau Gunung Sago atau kota pemandangan kota Padang yang disaksikan dari pucak bukit  yang dikenal nama Sitinjau Laut. Amazing !

Dua km sebelum memasuki kota Payakumbuh dari arah Bukitinggi kita akan sampai ke sebuah gua alam dengan stalagnit dan stalagmit pada langit-langit gua yang sangat menarik. Di dalam gua ini kita akan mendengar suara kelelawar yang berterbangan di sekitar kita dan merasakannya tanpa dapat melihatnya. Di luar gua ini kita akan menikmati taman dengan pohon-pohon yang rindang menambah kesejukan dan keindahan alam.

Masih di sekitar luar kota Payakumbuh, kita akan menemukan Lembah Harau yang merupakan cagar alam dengan bukit kapur yang curam dengan ketinggian 100 sampai 150 m yang terletak 14 km dari Payakumbuh. Disini juga ditemui lima buah air terjun yang selalu mencurahkan airnya yang jernih. Di tempat ini juga tersedia fasilitas untuk berkemah bagi wisata remaja dan kegiatan mengelilingi cagar alam melalui jalan setapak. Cagar alam ini menjadi taman margasatwa yang pertama di luar Pulau Jawa.

Bosan dengan suasana pegunungan, kita bisa berwisata pantai dan laut di Pulau Sikuai yang merupakan salah satu pulau yang terletak di sisi barat Pulau Sumatera hanya terletak sekitar setengah mil laut dari kota Padang. Di pulau yang sangat eksotis ini kita dapat menginap di hotel resort yang dilengkapi fasilitas hotel berbintang dua dan tiga. Selain menikmati keindahan pantai dan wisata bahari, trekking mengitari pulau atau menjelajahi hutan alam sampai panjat tebing juga dapat dilakukan oleh pengunjung yang hobi  petualangan alam.

Banyak lagi daerah lokasi tujuan wisata di seantero Sumatera Barat. Ada Kawasan Bukit Langkisau, Jembatan Akar yang sangat unik karena terbuat dari akar dua pohon beringin yang saling bertautan. Bagi wisatawan yang hobi berselancar (surfing) dapat menjajal kemampuannya dengan ombak Mentawai, Siberut dan Sipora. Luar biasa !

Bukan hanya keindahan alam Sumatera Barat yang menjadikannya pantas kita juluki “Surga di Tenga Sumatera”, kekayaan sumber daya alam minangkabau juga menjadi legitimasi predikat surga itu. Baru-baru ini ditemukan cadangan minyak bumi yang cukup besar di cekungan atau Blok  Singkarak dan cadangan emas yang sangat besar di Solok Selatan.  Tidak cukup hanya di situ, BPPT pun kemudian menemukan cadangan minyak yang diperkirakan sangat besar di sekitar pulau Mentawai, setelah sebelumnya ditemukan cadangan minyak bumi yang sangat besar yakni sekitar 320 milyar barrel di perairan timur Pulau  Semeulue, Nangroe Aceh Darussalam.

Sumatera Barat adalah propinsi dengan kekayaan batu kapur terbesar di Indonesia. Penemuan demi penemuan cadangan kekayaan alam mineral terus terjadi, yang seharusnya mampu mengantarkan penduduk Sumatera Barat benar-benar menjadi penghuni surga yang sesungguhnya.

Wiranto, Dari Jenderal Ke Begawan

KETIKA itu saya baru saja kembali dari Korea Selatan,  saat pesawat landing dan hp diaktifkan, seketika  masuk beberapa SMS, salah satunya dari seorang teman yang isinya meminta  saya agar menghubungi seorang petinggi satu partai politik. Saya lalu hubungi beliau dan diminta segera  datang ke sebuah hotel bintang lima di kawasan Mega Kuningan, Jakarta pada pukul 20.00 WIB.

Kurang sepuluh menit dari pukul delapan, saya pun tiba di hotel yang dimaksud dan langsung bertemu dengan Ketua Umum Partai Hanura, Bapak Wiranto.  Pertemuan semula dijadwalkan selama sepuluh menit, kemudian malah molor menjadi sekitar satu jam setengah. Kami berdiskusi banyak hal, terutama menyangkut konstelasi politik kini serta masa depan bangsa  dan negara Indonesia. Topik diskusi pun bermacam-macam, mulai dari kondisi negara yang memprihatinkan terutama seiring dengan lemahnya penegakan hukum dan maraknya korupsi di mana-mana sampai pada cengkraman kekuasaan mafia dan konspirasi global di Indonesia

Saat itu peristiwa penembakan beberapa tahanan titipan Polda di LP Cebongan, Sleman oleh sebuah pasukan yang tak dikenal baru saja terjadi.  Suhu politik  memanas karena tidak ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab atas pembantaian hingga tewas beberapa orang tahanan titipan Polda di LP Cebongan itu. Di tengah-tengah ketidakpastian penanganan kasus tersebut, secara spontan Pak Wiranto mengeluarkan statement yang sangat tepat.

Dalam kesempatan sebagai pembicara ‘Kuliah Umum Kandidat Presiden 2014: Landscape Politik Indonesia” yang diselenggarakan Soegeng Sarjadi Syndicate di Garden Terrace, Four Season Hotel, Jakarta Selatan, Rabu (27/3/2013), Wiranto menyampaikan bahwa jika kasus penembakan di LP Cebongan diserahkan padanya, dia mampu menyelesaikan kasus tersebut hingga tuntas hanya dalam waktu sehari !

“Dalam hati saya, serahkan kepada saya, satu hari saya bongkar. Ini bukan masalah bisa atau tidak bisa tapi apakah mau atau tidak mau. Yang mudah dipersulit di negeri ini untuk mendapat keuntungan,” ujar Wiranto dengan tegas, yang langsung saja disambut dengan applaus meriah  dari seluruh peserta yang hadir dalam acara kuliah umum tersebut. Pernyataan tegas Wiranto itu tak lama kemudian disiarkan oleh berbagai media. Disadari atau tidak, pernyataan tegas Wiranto itulah menjadi pendorong utama sikap Kasad Jenderal TNI AD Pramono Edhie Wibowo untuk mengakui secara ksatria dan jujur bahwa sejumlah oknum Kopassus lah yang menjadi pelaku penembakan di LP Cebongan, Sleman, Yogyakarta itu.  Selanjutnya, proses hukum pun berjalan mulus sebagai mana mestinya.

Tak terasa sudah hampir satu jam kami larut dalam diskusi serius tapi santai itu. Sekonyong-konyong  saja saya spontan bertanya kepada Wiranto mengenai rencana pencapresannya. Jawaban yang saya terima sungguh tidak terduga. “Jika ditanya keinginan saya untuk maju lagi sebagai calon presiden, sejujurnya saya katakan bahwa keinginan tersebut tidak lagi  dominan. Saya lebih banyak berkeinginan membesarkan Partai Hanura dan menularkan standar moralitas yang tinggi kepada politisi - politisi lain di luar Partai Hanura”  kata Wiranto yang partainya ketika itu baru saja dinobatkan sebagai partai terbersih.

Wiranto lalu melanjutkan penjelasannya mengenai sikapnya terkait pemilu dan pilpres 2014 mendatang yang diharapkannya tidak lagi terjadi kecurangan seperti pemilu/pilpres sebelumnya yang sangat merugikan semua parpol kecuali Partai Demokrat. “Untuk pemilu/pilpres 2014 nanti saya, Insya Allah memastikan tidak akan bisa terjadi kecurangan lagi. Terlalu besar risikonya bagi republik ini” tegas Wiranto.

Mengenai siapa yang tepat jadi presiden Indonesia mendatang, Wiranto menyerahkan sepenuhnya pada kehendak rakyat pemilih. “Meski demikian, jika ternyata terpilih figur presiden yang dapat membahayakan keutuhan bangsa dan negara, saya pasti terpanggil untuk bertindak demi menyelamatkan rakyat dan NKRI”

Tidak terasa pembicaran kami sudah berlangsung sekitar satu setengah jam. Saya merasa terhormat diberi kesempatan berdiskusi bersama Wiranto yang terkenal dengan ketegasan, loyalitas, kematangan pikiran dan tindakannya. Wiranto juga seorang tokoh yang anti KKN. Sejak menjadi perwira tinggi TNI, Pangkostrad, Kasad, Panglima TNI, Menhankam sampai dengan Menko Polhukam, tidak ada setitik pun noda KKN mengotori karirnya yang cemerlang. Di Partai Hanura sendiri, tidak ada satu pun keluarga atau kerabatnya yang jadi pengurus partai. Wiranto mengajarkan keteladanan anti KKN,  satu kata dengan perbuatan. Konsisten dan konsekwen.

Ketika publik ramai membahas deklarasi pencapresan Wiranto dan Hary Tanoe sebagai pasangan cawapresnya, berbagai analisa muncul ke publik. Silahkan saja kata beliau. Namun, yang pasti deklarasi capres dan cawapres Partai Hanura itu mencatat sejarah baru dan tradisi demokrasi Indonesia yang lebih matang.

Pertama,  itu adalah deklarasi  pasangan capres/cawapres  pertama di Republik Indonesia yang diumumkan jauh-jauh hari sebelum pemilu dilaksanakan. Menunjukan kepercayaan diri dan tekad yang kuat dan bulat dari sebuah partai politik sehingga berani untuk mengusung kadernya sendiri.

Kedua, penetapan Hary Tanoe sebagai cawapres merupakan terobosan sejarah dan tradisi politik bangsa ini dimana dalam tataran realitas sudah menerima dan mengakui WNI keturunan tionghoa sebagai bagian integral yang setara dan sederajat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ketiga, deklarasi itu menunjukan sikap tegas dan keberanian mengambil keputusan yang cepat dan tepat dari seorang Wiranto, sekaligus inisiatif yang briliant sebagai pionir membangun dan mengembangkan kehidupan demokrasi yang sehat di Indonesia.

Berdiskusi dengan Pak Wiranto sungguh mengasyikan, menghanyutkan seperti kita berdialog dengan hati nurani dan pikiran kita sendiri.  Tutur katanya lembut namun tegas. Mudah dimengerti karena lugas dan bernas. Tidak bersayap dan bermakna ganda. Tidak ada hidden agenda. Jujur dan apa adanya. Kata demi kata mengalir lembut namun penuh makna. Tidak terkesan sedikit pun sosok seorang politisi. Di mata saya, beliau lebih seperti seorang resi atau begawan. Sekian.-

Kenapa Saya Akhirnya Pilih Hanura ?

Tak pernah terlintas sedikit pun dibenak saya suatu saat akan menjadi calon legislatif DPR RI dari Partai Hanura. Membayangkannya pun tidak pernah.  Menjadi caleg saja sudah merupakan “penyimpangan” jalan hidup yang saya tekuni selama ini. Apalagi menjadi caleg dari Partai Hanura melalui Dapil 2 Sumatera Barat.

Secara historis cultural keluarga kami lebih dekat dengan PPP, PAN atau PKS. Almarhum kakek adalah aktivis Masyumi di tahun 1950 - 1970. Alhmarhumah Ibunda saya adalah guru di Sekolah Muhammadiyah dan aktif di Aisyiyah, organisasi perempuan Muhammadiyah. Kedekatan keluarga besar saya dengan Muhammadiyah sudah sejak puluhan tahun, bahkan sepupu kakek saya, Buya Hamka pernah menjabat sebagai Ketua PP Muhammadiyah. Oleh karena itu, ketika saya bersedia dan mantapkan hati mencalonkan diri sebagai caleg DPR dari Partai Hanura, berbagai pertanyaan pun datang. Alhamdulillah semuanya dapat menerima dan malah mendukung sepenuhnya setelah saya memberikan rasionalitasnya.

Meski saya berlatar belakang aktivis, namun selama dua puluh tahun terakhir saya berkecimpung sebagai profesional. Sempat berkarir di mana- mana termasuk menjadi direktur di salah satu perusahaan Bosowa Grup, pernah jadi Direktur Utama di perusahaan Grup Fajar, mampir sebagai Dirut di PT. Berdikari Insurance (BUMN Grup), jadi konsultan hukum dan bisnis, dan seterusnya. Sebab itulah, meski dunia politik sudah lama ditinggalkan, namun minat dan perhatian saya masih cukup besar pada dunia politik. Motifasi saya semakin kuat ketika menyaksikan gejala-gejala kehancuran yang terjadi setiap saat dan dimana-mana di seluruh Indonesia terutama yang menyangkut korupsi, praktek mafioso di hampir semua sektor kehidupan bangsa, hancurnya penegakan hukum, bobroknya pelayanan birokrasi, rusaknya moral sebagaian besar politisi, aparat penegak hukum dan pejabat negeri ini.

Semula perjuangan melawan kemungkaran dan gejala kehancuran negara ini, kami (saya dan teman-teman) lakukan melalui strategi  yang dahulu pernah kami lakukan. Kami berupaya memperkuat kehidupan masyarakat madani dengan membuat jaringan komunitas khusus yang peduli dengan nasib bangsa ini dan mengajak mereka semua di seluruh Indonesia untuk membantu penegakan hukum berkoordinasi dengan Polri, Kejaksaan, KPK dan seterusnya. Kami, melalui, berbagai program juga berupaya meningkatkan kewaspadaan nasional terutama terhadap ancaman konspirasi global yang bermaksud menghancurkan NKRI dengan memperlemah ketahanan masional melalui content /berita/tontonan yang disiarkan media massa (TV, koran, majalah dsb).

Namun sekitar tiga bulan sebelum masa pendaftaran caleg di KPU, sejumlah teman dan senior saya menyarankan agar saya terjun langsung ke dunia politik praktis dengan menjadi kader atau calon anggota DPR. Saat itu saya menolak karena saya nilai tidak ada partai yang amanah, bersih, jelas misi dan visinya serta berintegritas kepemimpinan Ketua Umum partainya. Penilaian saya tersebut berdasarkan realitas kasat mata. Lihatlah parpol - parpol yang ada, tataplah mata para ketua umum partainya. Apa yang ditemukan disana? Lebih banyak kemunafikan  dan dusta.

Fakta dan realitas sepertilah yang membuat saya tidak mau terlibat dalam partai politik, sampai pada suatu ketika, sekitar tiga bulan yang lalu, saya terlibat dalam sebuah diakusi dengan seorang senior yang saya kagumi integritas, keberanian dan konsistensinya selama ini. Dari beliau saya mendapatkan informasi dan pemahaman bahwa masih terdapat partai yang bersih dan amanah, yakni Partai Hanura. Tidak hanya sekedar mendapatkan predikat sebagai partai terbersih, tetapi juga kenyataannya membuktikan tidak seorang pun dari sekitar seribuan anggota DPR/D asal Partai Hanura di seluruh Indonesia yang terlibat perilaku korupsi. Apalagi yang menjadi tersangka/terpidana korupsi. Alhamdulillah..subhanallah wa syukurillah.

Usai berdialog dan mendapatkan pemahaman dari senior tersebut, belum juga membulatkan tekad saya untuk menjadi kader partai atau caleg DPR. Niat dan tekad tersebut barulah membulat ketika usai bertemu dan berdiskusi panjang dengan Bapak Wiranto Ketua Umum Partai Hanura. Diskusi yang mengubah jalan hidup saya.

Sosok sesungguhnya seorang Jenderal Purn. Wiranto jauh dari pengetahuan saya apalagi publik, rakyat Indonesia. Meski dikenal sebagai tentara sejati, tegas dan tangguh, Wiranto mampu menjelmakan dirinya sebagai seorang negarawan sipil. Sikapnya sangat terbuka, egaliter, tidak ada kesan arogan sedikit pun, sangat cerdas, sangat percaya diri tetapi tidak ambius dan tidak mengintimidasi. Karakter dan kepemimpinan yang sebenarnya, menurut penilaian saya, sangat dibutuhkan oleh bangsa dan negara Indonesia ini.

Berdiskusi dan berdialog dengan Bapak Wiranto itu sangat menyenangkan. Aura positifnya terpancar kuat dan memberikan energi positif. Pengalaman hidupnya sangat beraneka warna dan kaya dengan nilai-nilai kearifan. Wawasannya sangat luas, misi dan visinya jelas. Lolayitas dan dedikasi hidupnya ditujukan pada kepentingan bangsa dan negara. Tidak terlihat sedikitpun perilaku mengutamakan kepentingan pribadi atau agenda politik dalam setiap langkah, tindakan dan keputusannya. Di mata saya, Pak Wiranto adalah teladan buat kita semua. Sayangnya, tokoh seheba beliau tidak disosialisasikan oleh berbagai media massa yang ada.

Pertemuan dengan seorang senior, fakta bahwa masih ada partai politik yang bersih dan amanah, pemahaman saya terhadap sosok Wiranto, memberikan dorongan yang besar bagi saya untuk kembali terjun ke dunia politik praktis, termasuk mencalonkan diri sebagai Caleg DPR RI Dapil 2 Sumatera Barat dari Partai Hanura. Bismillahirrahmannirahiim…. Terima kasih.

Air Susu Itu Dibalas dengan Air Tuba

SUATU waktu sekitar  lima tahun lalu seorang teman berkebangsaan Perancis, Mr. Gerard pernah mengeluh kepada saya karena urusannya di sebuah instansi pemerintah tidak kunjung tuntas. Dia sudah bolak balik ke kementerian tersebut hanya untuk mengambil sehelai surat pernyataan dari kementerian itu yang menyatakan bahwa bantuan bencana alam yang disumbangkan Lions Club Perancis benar telah diterima dan disalurkan kepada yang berhak menerimanya.

Mr. Gerard menyampaikan keprihatinannya. Mungkin lebih tepat, kekesalannya. Kenapa untuk menerbitkan sebuah surat saja, begitu lama waktu yang dibutuhkan tanpa ada alasan yang jelas. Mr. Gerard yang rencana semula hanya bermaksud tinggal di Indonesia selama 1 - 2 bulan,  terpaksa menghabiskan waktunya lebih dari enam bulan hanya gara-gara persoalan demi persoalan timbul terkait dengan bantuan kemanusiaan yang dikirimkan Lions Club melalui pemerintahnya ke Indonesia.

Masalah pertama timbul ketika barang - barang bantuan dari Perancis yang berupa puluhan mesin pompa air ukuran kecil, sedang dan besar itu tiba di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Mesin pompa air bantuan kemanusiaan  untuk rakyat Aceh korban bencana tsunami itu, ditahan oleh pihak Bea dan Cukai Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Tidak bisa dikeluarkan. Tidak boleh. Apa alasannya ? Menurut pejabat Bea Cukai harus ada surat izin dari berbagai instansi yang berwenang.  Mr. Gerard pun segera hubungi kedutaan besar Perancis dan pontang panting mengurus segala tetek bengek surat yang dibutuhkan itu. Setelah hampir satu bulan mengurus surat - surat dengan datangi satu per satu instansi pemerintah, semua surat yang dipersyaratkan pun terbit. Mr. Gerard menarik nafas lega. Sudah terbayang wajah istrinya yang cantik itu menunggu kepulangannya ke Paris, Perancis.

Surat - surat selesai, puluhan mesin pompa air itu pun dikirimkan ke gudang yang telah ditunjuk pemerintah. Mr. Gerard hanya tinggal menunggu berita acara penyerahan (BAP) untuk barang bantuan bencana tersebut. Seminggu tidak ada kabar. Dua minggu juga belum ada kepastian. Sebulan berlalu, Mr. Gerard habis kesabaran. Dia datangi kantor kementerian tersebut menanyakan kapan BAP bantuan bencana bisa diterima. Tidak ada jawaban.  Semua pejabat di kementerian itu angkat tangan geleng - geleng kepala, tidak tahu jawabnya. Mr. Gerard mulai frustasi, dia hubungi pejabat kedutaan Perancis, jawaban yang diterima malah bikin dia makin pusing. “Sudah biasa di Indonesia terjadi masalah seperti ini. Pemerintahan dan birokrasinya tidak efisen. Korup. Coba saja Anda tawarkan sejumlah uang kepada pejabat kementerian itu, mudah-mudahan ada solusinya” saran pejabat kedutaan. Kali ini Mr. Gerard yang geleng-geleng kepala dan tarik nafas dalam-dalam. “Semoga penyakit jantungku tidak kumat menghadapi neraka birokrasi Indonesia” batinnya.

Melalui temannya yang sudah lama tinggal di Jakarta, Mr. Gerard diperkenalkan sama saya. “Mohon bantuannya Pak” ujar teman Mr. Gerard yang berprofesi sebagai technical advisor di sebuah perusahaan multinasional. Saya pun dengan senang hati membantu Mr. Gerard yang malang ini. Bersama - sama kami mendatangi pejabat terkait di kementerian sumber masalah itu.

Dari mulut pejabat tinggi kementerian tersebutlah baru diketahui apa penyebab BAP bantuan bencana itu tidak dapat diterbitkan. Ternyata puluhan mesin pompa air yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Aceh di pedalaman pedesaan itu tidak pernah sampai di tempat.  Mesin - mesin pompa senilai Rp. 17 milyar itu lenyap, hilang tak tahu kemana rimbanya. Dicolong setan - setan gentayangan  berwujud manusia yang tega menilep mesin pompa untuk pengadaan air bersih rakyat Aceh  korban tsunami.

Mendengar penjelasan itu, Mr. Gerard tidak mampu mengucap sepatah kata pun. Matanya nanar, berair. Air matanya jatuh. Dia menangis. Benar, dia benar-benar menangis. ” Kenapa…kenapa ? Siapa yang luar biasa tega ? Mana pemerintah kalian ? Duh !”  ujarnya setengah teriak sambil menahan tangis.  Setelah suasana hatinya agak tenang, saya hampiri dia, ” Dengan kenyataan seperti ini, apa yang menjadi rencana Anda selanjutnya ?” Tanya saya. Mr. Gerard terdiam, dia belum mampu berfikir jernih dan mengucapkan kata-kata.

Setelah lama membisu, akhirnya Mr. Gerard berkata lirih, ” Saya harus lapor dulu ke Kantor Pusat Lions Club di Paris. Biar mereka yang memutuskan” ujarnya sambil memencet tombol handphone. Tak sampai semenit berselang, dia sudah terhubung dan bicara dengan rekannya di benua Eropa sana.

” Pihak Lions Club Perancis sangat menyesalkan kehilangan mesin - mesin pompa air yang sangat dibutuhkan rakyat Aceh. Saya kena tegur kenapa sembrono dan tidak mengambil tindakan untuk memastikan bantuan itu sampai ke korban bencana” kata Mr. Gerard sambil memandang saya dengan tatapan mata hampa. Saya terdiam dengan kepala agak tertunduk. Tidak tahu mesti bagaimana meski hati saya bergejolak campur aduk marah dan malu. Tiba-tiba dia melanjutkan lagi ucapannya, ” Saya tidak berani pulang ke Paris jika urusan ini belum beres. Saya malu pada Ketua Lions Club Perancis yang adalah juga seorang jenderal, Kepala Staf Angkatan Darat Perancis. Saya gagal jalankan tugas yang dberikannya,” jelas Mr. Gerard kepada saya. Mendengar ucapan tersebut saya kian gundah. Malu tak tertahankan, amarah pun memuncak ke ubun-ubun. Saya hampiri pejabat tinggi kementerian yang masih menatap kami berdua tapi tidak punya inisiatif untuk carikan solusinya.

“Bagaimana saran Bapak ? Apakah ada cara terbaik dan tercepat untuk menyelesaikan masalah ini?” tanya saya. Dia menjawab sambil bergumam, nyaris tak terdengar. “Ya bagaimana maunya Pak ? Kami juga tidak berdaya karena untuk pengiriman barang-barang bantuan bencana ke Aceh, kami tidak punya kewenangan dan tanggungjawab. Ada instansi lain yang melakukannya. Kehilangan seperti ini, terlambat atau salah kirim bantuan pun kami tidak mengerti apa penyebab dan siapa pelakunya”.

Jawaban pejabat itu bikin perut saya mulas. Kelihatannya tidak ada harapan lagi paket mesin pompa bantuan Perancis itu bakal bisa ditemukan. Mungkin sudah berpindah tangan ke pemilik toko di kawasan Glodok, Jakarta. Sudah dijual oleh maling hina dina yang bikin malu bangsa Indonesia dan menambah susah rakyat korban bencana. Akhirnya, saya minta bantuan kepada pejabat tersebut untuk menerbitkan surat pernyataan hilang dari kementerian. Mr. Gerard dengan alasan yang kuat, mohon surat itu dapat ditandatangani langsung oleh Menteri. Si Pejabat itu kelihatan ragu, dia tidak yakin Menteri bersedia tanda tangan. Saya pun langsung telpon senior saya yang kebetulan tangan kanan Pak Menteri untuk minta kesediaaannya menandatangani surat dimaksud.

Dua hari kemudian, kami pun datang lagi ke sana. Surat pernyataan mengenai kehilangan barang bantuan dari Pak Menteri sudah ada, disertai dengan permohonan maaf resmi  dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dari Pemerintah Republik Indonesia. Hanya itulah yang dapat sedikit mengurangi kegalauan Mr. Gerard, teman saya utusan resmi pemerintah Perancis yang mengawal pengiriminan bantuan kemanusian untuk Indonesia.

“Sungguh menyedihkan sikap mental dan moral bangsaku, orang lain yang dengan tulus  membantu kesulitannya pun masih dizalimi. Sungguh mengenaskan. Sampai kapan bangsa ini sadar ? Apakah menunggu teguran Tuhan Yang Maha Tahu ?”