Rabu, 11 Desember 2013

Kenapa Saya Akhirnya Pilih Hanura ?

Tak pernah terlintas sedikit pun dibenak saya suatu saat akan menjadi calon legislatif DPR RI dari Partai Hanura. Membayangkannya pun tidak pernah.  Menjadi caleg saja sudah merupakan “penyimpangan” jalan hidup yang saya tekuni selama ini. Apalagi menjadi caleg dari Partai Hanura melalui Dapil 2 Sumatera Barat.

Secara historis cultural keluarga kami lebih dekat dengan PPP, PAN atau PKS. Almarhum kakek adalah aktivis Masyumi di tahun 1950 - 1970. Alhmarhumah Ibunda saya adalah guru di Sekolah Muhammadiyah dan aktif di Aisyiyah, organisasi perempuan Muhammadiyah. Kedekatan keluarga besar saya dengan Muhammadiyah sudah sejak puluhan tahun, bahkan sepupu kakek saya, Buya Hamka pernah menjabat sebagai Ketua PP Muhammadiyah. Oleh karena itu, ketika saya bersedia dan mantapkan hati mencalonkan diri sebagai caleg DPR dari Partai Hanura, berbagai pertanyaan pun datang. Alhamdulillah semuanya dapat menerima dan malah mendukung sepenuhnya setelah saya memberikan rasionalitasnya.

Meski saya berlatar belakang aktivis, namun selama dua puluh tahun terakhir saya berkecimpung sebagai profesional. Sempat berkarir di mana- mana termasuk menjadi direktur di salah satu perusahaan Bosowa Grup, pernah jadi Direktur Utama di perusahaan Grup Fajar, mampir sebagai Dirut di PT. Berdikari Insurance (BUMN Grup), jadi konsultan hukum dan bisnis, dan seterusnya. Sebab itulah, meski dunia politik sudah lama ditinggalkan, namun minat dan perhatian saya masih cukup besar pada dunia politik. Motifasi saya semakin kuat ketika menyaksikan gejala-gejala kehancuran yang terjadi setiap saat dan dimana-mana di seluruh Indonesia terutama yang menyangkut korupsi, praktek mafioso di hampir semua sektor kehidupan bangsa, hancurnya penegakan hukum, bobroknya pelayanan birokrasi, rusaknya moral sebagaian besar politisi, aparat penegak hukum dan pejabat negeri ini.

Semula perjuangan melawan kemungkaran dan gejala kehancuran negara ini, kami (saya dan teman-teman) lakukan melalui strategi  yang dahulu pernah kami lakukan. Kami berupaya memperkuat kehidupan masyarakat madani dengan membuat jaringan komunitas khusus yang peduli dengan nasib bangsa ini dan mengajak mereka semua di seluruh Indonesia untuk membantu penegakan hukum berkoordinasi dengan Polri, Kejaksaan, KPK dan seterusnya. Kami, melalui, berbagai program juga berupaya meningkatkan kewaspadaan nasional terutama terhadap ancaman konspirasi global yang bermaksud menghancurkan NKRI dengan memperlemah ketahanan masional melalui content /berita/tontonan yang disiarkan media massa (TV, koran, majalah dsb).

Namun sekitar tiga bulan sebelum masa pendaftaran caleg di KPU, sejumlah teman dan senior saya menyarankan agar saya terjun langsung ke dunia politik praktis dengan menjadi kader atau calon anggota DPR. Saat itu saya menolak karena saya nilai tidak ada partai yang amanah, bersih, jelas misi dan visinya serta berintegritas kepemimpinan Ketua Umum partainya. Penilaian saya tersebut berdasarkan realitas kasat mata. Lihatlah parpol - parpol yang ada, tataplah mata para ketua umum partainya. Apa yang ditemukan disana? Lebih banyak kemunafikan  dan dusta.

Fakta dan realitas sepertilah yang membuat saya tidak mau terlibat dalam partai politik, sampai pada suatu ketika, sekitar tiga bulan yang lalu, saya terlibat dalam sebuah diakusi dengan seorang senior yang saya kagumi integritas, keberanian dan konsistensinya selama ini. Dari beliau saya mendapatkan informasi dan pemahaman bahwa masih terdapat partai yang bersih dan amanah, yakni Partai Hanura. Tidak hanya sekedar mendapatkan predikat sebagai partai terbersih, tetapi juga kenyataannya membuktikan tidak seorang pun dari sekitar seribuan anggota DPR/D asal Partai Hanura di seluruh Indonesia yang terlibat perilaku korupsi. Apalagi yang menjadi tersangka/terpidana korupsi. Alhamdulillah..subhanallah wa syukurillah.

Usai berdialog dan mendapatkan pemahaman dari senior tersebut, belum juga membulatkan tekad saya untuk menjadi kader partai atau caleg DPR. Niat dan tekad tersebut barulah membulat ketika usai bertemu dan berdiskusi panjang dengan Bapak Wiranto Ketua Umum Partai Hanura. Diskusi yang mengubah jalan hidup saya.

Sosok sesungguhnya seorang Jenderal Purn. Wiranto jauh dari pengetahuan saya apalagi publik, rakyat Indonesia. Meski dikenal sebagai tentara sejati, tegas dan tangguh, Wiranto mampu menjelmakan dirinya sebagai seorang negarawan sipil. Sikapnya sangat terbuka, egaliter, tidak ada kesan arogan sedikit pun, sangat cerdas, sangat percaya diri tetapi tidak ambius dan tidak mengintimidasi. Karakter dan kepemimpinan yang sebenarnya, menurut penilaian saya, sangat dibutuhkan oleh bangsa dan negara Indonesia ini.

Berdiskusi dan berdialog dengan Bapak Wiranto itu sangat menyenangkan. Aura positifnya terpancar kuat dan memberikan energi positif. Pengalaman hidupnya sangat beraneka warna dan kaya dengan nilai-nilai kearifan. Wawasannya sangat luas, misi dan visinya jelas. Lolayitas dan dedikasi hidupnya ditujukan pada kepentingan bangsa dan negara. Tidak terlihat sedikitpun perilaku mengutamakan kepentingan pribadi atau agenda politik dalam setiap langkah, tindakan dan keputusannya. Di mata saya, Pak Wiranto adalah teladan buat kita semua. Sayangnya, tokoh seheba beliau tidak disosialisasikan oleh berbagai media massa yang ada.

Pertemuan dengan seorang senior, fakta bahwa masih ada partai politik yang bersih dan amanah, pemahaman saya terhadap sosok Wiranto, memberikan dorongan yang besar bagi saya untuk kembali terjun ke dunia politik praktis, termasuk mencalonkan diri sebagai Caleg DPR RI Dapil 2 Sumatera Barat dari Partai Hanura. Bismillahirrahmannirahiim…. Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar