Rabu, 11 Desember 2013

Jokowi Di Simpang Jalan

Kata orang Jokowi kini sedang dilanda dilema.  Dilema berat.  Jokowi dilema bisa berarti Jokowi yang sedang mengalami Kebimbangan karena keinginannya untuk mengambil kesempatan emas menerima dukungan finansial, jaringan politik dan media, serta komitmen total dari para konglomerat tionghoa yang bakal habis-habisan dan sumpah mati akan paksakan dia jadi calon presiden pada 2014. Namun di sisi lain, Jokowi sebagai manusia mungkin sadar dirinya tidaklah layak dan pantas untuk ngotot maju sebagai calon presiden tahun depan.

Jokowi dilema bisa berarti Jokowi yang mungkin sadar bahwa masa jabatannya yang baru satu tahun tidaklah cukup baginya untuk merasa berhak dan pantas untuk mengejar jabatan presiden yang luar biasa berat tugas dan tanggung jawabnya itu.

Jokowi dilema bisa berarti Jokowi yang sadar sepenuhnya bahwa sesungguhnya dia sekarang adalah persis sebuah boneka yang mau dipatut - patut menjadi presiden oleh sekelompok orang kaya dan berkuasa di Indonesia yang ingin kendalikan dan merampok kembali negeri ini via tangan Jokowi.

Jokowi dilema bisa jadi adalah Jokowi yang tahu diri. Tahu diri bahwa dia adalah petruk yang ingin dipaksa menjadi ratu.

Jokowi dilema ada Jokowi yang mungkin sedang mawas diri agar tidak jatuh ke lembah hina keserakahan dan aji mumpung. Dia sadar bahwa dirinya hanya bisa berakting alias bermain sandiwara belaka. Di Solo, wakilnya FX Rudiatmo lah yang bekerja penuh sebagai walikota. Di Jakarta, Ahok sang wakil gubernur lah yang lebih banyak menjalankan tugas dan perannya. Sedangkan Jokowi asyik blusukan, kesana kemari mencari panggung buatan agar ada bahan untuk dimuat oleh para wartawan media - media bayaran yang sudah dikontrak mahal untuk waktu yang panjang sampai Juli 2014 mendatang oleh para cukongnya, konglomerat - konglomerat dan mafia - mafia hitam.

Jokowi Dilema adalah pergulatan batin dalam diri Jokowi. Dia hendak lari tapi tak kuasa kendalikan diri. Sebagian nafsu syahwat kekuasaannya membisik menggoda tiada henti. Sedangkan akal sehatnya tahu persis semua ini hanyalah tindakan bunuh diri yang jika dipaksakan akan membahayakan, tidak saja untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keselamatan dan keamanan republik ini.

Jokowi dilema adalah bisikan setan yang sedang bertarung dengan nasihat malaikat yang datang berkecamuk silih berganti. Petruk ingin jadi ratu tapi petruk tahu bahwa itu hanyalah mimpi. Nafsu petruk kadang lebih kuat dari pikiran bersih dan jernihnya. Padahal dia cukup berkata :” Saya tidak akan maju sebagai calon presiden pada 2014 yang akan datang sebab begitu banyak janji yang harus saya tepati dan begitu besar amanah yang harus saya tunaikan sebagai gubernur Jakarta 2012 - 2017.”

Namun mengapa Jokowi tidak pernah tegas bersikap dan berucap lantang menolak seperti itu ? Apa yang menjadi kendala baginya untuk bersikap jujur, terbuka dan ksatria ?  Kenapa dia begitu takut pada para cukong yang telah memberikannya panggung dan pencitraan semu di media - media secara luar biasa ?  Kenapa dia terus ngotot dekati Megawati yang nyata - nyata sudah mengetahui kebusukan dan tipu dayanya ? Apa yang dicari Jokowi ? Atau tepatnya, apa yang disembunyikan Jokowi ?

Jokowi dilema adalah perang batin dalam jiwa Jokowi yang sudah lupa diri. Mabuk kepayang lupa daratan. Dia tidak sadar dan introspeksi diri, mengenai siapa sesungguhnya seorang Jokowi.

Dia lupa bahwa dia awalnya adalah hanya walikota kota kecil yang tidak punya prestasi apa - apa. Lihatlah semua indikator dan parameter resmi mengenai kinerja Jokowi sebagai Walikota Solo sepanjang periode masa baktinya. Semuanya biasa saja, malah di bawah rata - rata nasional untuk penilaian prestasi seorang walikota. Pertumbuhan ekonomi selalu di bawah 6% per tahun, pemduduk miskin dan pengangguran melonjak tajam, tingkat kriminalitas meningkat, penyandang masalah sosial : pengemis, pelacuran, penyelundupan manusia, gelandangan, penderita HIV, dan sejenisnya naik pesat di Solo. Apa yang bisa dibanggakan dari seorang Jokowi kecuali pencitraan palsu yang direkayasa secara masif dan intensif oleh para cukongnya ? Hanya pencitraan semu yang mengantarkan Jokowi menjadi Gubernur  Jakarta pada hari ini. Tidak ada yang lain. Hanya pencitraan, pencitraan, dan pencitraan.

Jokowi dilema bisa berarti dia mencoba lari dari kenyataan bahwa dia tidak sanggup jalankan tugas dan amanah sebagai Gubernur Jakarta dan spekulasi mau lompat jadi calon presiden tanpa alasan yang logis dan rasional. Jokowi hanya bertumpu pada nasibnya yang luar biasa baik yang dianggapnya bisa menjadi tiket mengantarkannya menjadi presiden tanpa ada sejuta pertanyaan dari rakyat yang kini masih diam. Rakyat yang kini masih terpaku diam bukan karena setuju dengan rekayasa pencitraan atas diri seorang Jokowi, tapi rakyat terpaku diam karena terheran - heran melihat kenapa ada manusia yang tak beermoral seperti dia berhasil memperdaya sebagian besar rakyat Jakarta dalam pilkada tahun lalu.

Jokowi dilema bisa berarti peluang dan kesempatan emas Jokowi untuk memperbaiki diri. Mulai fokus bekerja sebagai Gubernur Jakarta. Tugas dan tanggung jawab besar yang tidak bisa dikerjakan sambil jalan dan seolah - olah hanya karir sampingan alias batu loncatan. Jika Jokowi yang baru setahun menjadi Gubernur, belum jelas kinerja dan prestasinya, lalu mau menjadi calon presiden, apa kata dunia ? Dimana akal sehat dan moralnya ? Dimana sikap amanah dan integritasnya ? Sudah begitu rusakkah jiwanya ? Astaghfirullah…semoga tidak demikian. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar