Rabu, 11 Desember 2013

Indonesia Belum Merdeka Karena Belum Ingin Merdeka

Merdeka itu bebas. Kemerdekaan itu adalah kebebasan. Kebebasan menentukan nasib sendiri, kebebasan nenentukan cara, langkah, sikap,  tindakan, arah dan tujuan sendiri.  Kemerdekaan berarti tidak terkungkung dalam suatu ruangan atau keadaan. Merdeka adalah tidak dalam keadaan tertekan atau ditekan, terkooptasi atau dikooptasi oleh kekuatan apapun dan dari mana pun. Merdeka adalah merdeka.

Apakah kita telah merdeka ? Sebagai negara, Indonesia telah merdeka sejak 17 Agustus 1945 M, atau 9 Ramadan 1364 H meski Belanda dan sebagian besar negara barat lain akui kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949. Kemerdekaan Indonesia adalah unik. Mungkin satu - satunya negara di dunia yang menyatakan dirinya secara resmi sebagai negara merdeka ketika negara kolonialis yang berkuasa tidak (belum) bersedia memberikan kemerdekaan itu kepada daerah jajahannya. Indonesia merdeka karena Indonesia ingin merdeka. Bukan karena permintaan negara lain, bukan pula karena dorongan, desakan atau tekanan dari negara atau kekuataan asing lain. Bahkan negara seperti Singapura pun tak punya hari kemerdekaan (independence day), meraka hanya punya hari nasional (nasional day). Namun, sebagai bangsa,  Singapura telah memerdekaan jiwa, raga dan pikirannya !

Indonesia merdeka karena Indonesia ingin merdeka.

Sebagai negara, Indonesia memang telah merdeka sejak 68 tahun yang lalu. Namun, sebagai bangsa atau rakyat, Indonesia ternyata belumlah merdeka sebagaimana pekik merdeka yang telah bergema lama kemana - mana. Sebagai negara, Indonesia punya keinginan, kemauan, tekad dan  kesadaran untuk merdeka. Tetapi sebagai bangsa, Indonesia hingga kini masih terkukung penjajahan. Sebagai bangsa, rakyat Indonesia masih terjajah dalam menentukan sikap dan cara berfikirnya terutama dalam menentukan langkah dan tindakan bagaimana seharusnya mengisi kemerdekaan dan mencapai tujuan kemerdekaan.

Indonesia belum merdeka karena Indonesia belum ingin merdeka.

Bangsa dan rakyat Indonesia hinggi kini belum mampu mewujudkan satu pemerintahan yang kuat, bersih, profesional dan berdedikasi terhadap pencapaian cita - cita kemerdekaan. Cita - cita ketika negara Indonesia ini untuk pertama sekali didirikan. Indonesia selama 68 tahun belum mampu memberikan perlindungan pada seluruh rakyat Indonesia dan segenap tumpah darah Indonesia. Jangan perlindungan terhadap lebih 10 juta jiwa rakyat Indonesia yang hidup di luar negeri (7 juta diantaranya adalah TKI), perlindungan terhadap rakyat di tanah air sendiri pun, negara cq. Pemerintah belum mampu. Apalagi perlindungan terhadap segenap tumpah darah Indonesia. Masih jauh…masih dalam bentuk angan - angan. Bak pungguk merindukan bulan.

Tanah air kita dari Sabang hingga Merauke, dari Talaud hingga Pulau Rote, setiap saat menjadi saksi pelanggaran kedaulatan dari pihak asing. Nelayan - nelayan asing dengan bebasnya mencuri kekayaan laut Indonesia. Kapal - kapal perang asing termasuk kapal selam, kapan saja bebas keluar masuk hilir mudik di perairan laut Indonesia. TNI kita tidak mampu halau atau atasi mereka. Tress passing dan illegal fishing  sudah menjadi kenyataan pahit sehari- hari.

Wilayah Udara Indonesia sama saja. Penerbangan sipil dan militer asing leluasa langgar kedaulatan negara kita. Radar asing lebih kuat dan berkuasa dibandingkan milik kita. Frekwensi siaran udara? Lebih parah lagi. Mayoritas dikuasai asing dan swasta dengan pengelolaan yang tak jelas juntrungannya.

Bagaimana dengan kedaulatan di darat ? Kita ucapkan selamat tinggal, selamat berpisah pada Sipadan dan Ligitan. Kita bengong saja menyaksikan tapal batas negara RI yang semakin berkurang. Kita tidak mampu menjaga kemerdekaan dan kedaualatan.

Indonesia belum merdeka karena Indonesia belum ingin merdeka.

Kemerdekaan dan kedaulatan ideologi, ekonomi, politik, hankam dan sosial budaya Indonesia masih pada taraf cita - cita. Indonesia belum merdeka pada semua sektor kehidupan bangsa itu. Ideologi Pancasila yang kita cita - citanya kini terbaring kaku digantikan ideologi hedonis narsis individualis pragmatis. Kemerdekaan ekonomi kerakyatan Indonesia berbasis koperasi dan gotong royong hanya tinggal mimpi belaka ketika ekonomi liberal kapitalis menerjang masuk menjajah segenap rakyat dan bangsa Indonesia.

Demokrasi Pancasila yang kita idam-idamkan terwujud ketika era reformasi tiba eh malah kian hancur dihamtam demokrasi liberal paham barat yang berazaskan uang dan tirani opini bentukan penguasa media atau orang - orang kaya yang mampu mengendalikan opini dan media. Pertahanan dan keamanan negara begitu rapuhnya sehingga kekuataan asing enggan kotori tangan mereka dengan darah dan air mata. Menghancurkan Indonesia cukup dengan kekuatan informasi, opini dan ekonomi yang mereka kendalikan sepenuhnya.

Indonesia belum merdeka karena Indonesia belum ingin merdeka.

Kemerdekaan dan kedaulatan di sektor sosial budaya ? Apa itu ? Masih adakah?  Nilai - nilai luhur budaya yang bersendikan nilai - nilai agama kian hari makin menghilang di depan mata dan mulai menjadi bangsa. Sekulerisasi kehidupan berbangsa dan bernegara kian gencar. Nilai - nilai agama dan budaya kian luntur dan hanya jadi seremonial belaka. Bangsa ini semakin kehilangan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia.

Konsumerisme menjadi gaya hidup di tengah - tengah kegagalan pemerintah memproduksi sendiri sebagian besar kebutuhan konsumsi rakyatnya. Lihatlah di sekililing kita dan setiap tahap ritual kehidupan kita sebagai manusia Indonesia : bangun tidur, mandi, sarapan pagi, berangkat kerja / sekolah, bekerja di kantor / belajar di sekolah /kampus, makan siang,  pulang kerja dan kembali tidur. Lebih 90% dari aktivitas yang kita lakukan dalam mengisi dan menjalani hidup tersebut kita menggunakan atau konsumsi produk - produk asing. Sebut saja : sikat gigi, odol, sabun mandi, air minum, beras, garam, ikan, motor / mobil, bensin / solar , pulpen, spidol, buku, dan seterusnya…semuanya sebagian besar adalah produk impor ! Bahkan selimut yang kita pakai tidur pun, sebagian besar adalah produk impor China atau India !

Kita belum merdeka karena kita belum ingin merdeka !

Soedjatmoko dalam bukunya “Etika Pembebasan” mengajak kita semua untuk memerdekakan akal dan pikiran kita. Sesungguhnya yang jauh lebih sulit bukanlah membebaskan diri dari penjajahan pihak luar atau asing, melainkan membebaskan diri dari penjara pikiran dan perasaan kita sendiri sebagai manusia. Jauh lebih sulit bagi kita manusia untuk memerdekakan diri dari penjajahan pikiran dan perasaan kita sendiri.

Apakah kita sudah merdeka ?

Apakah kita sudah memerdekakan diri kita sendiri ? Memerdekakan pikiran dan jiwa kita sendiri ? Apakah kita sudah melepaskan diri dari tekanan opini yang sebagian besar adalah sesat dan menyesatkan ? Apakah kita sudah mencari kebenaran yang sesungguhnya ? Apakah kita sudah memerdekakan diri dari jiwa yang tertekan dan terjajah ? Apakah jiwa kita sudah didominasi dan dikendalikan oleh iman? Bukan tergerak oleh hawa nafsu belaka atau bisikan setan ?

Apakah kita sudah merdeka ?

Atau kita belum merdeka karena kita memang tidak ingin merdeka ?

Marilah kita renungkan makna hari kemerdekaan ini dengan diawali dengan pekik keras : MERDEKA !!!

Selamat Hari Kemerdekaan Negeri Indonesiaku…Dirgahayu Indonesiaku …sekali lagi MERDEKA !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar