Dua tahun lalu siapa yang kenal Joko Widodo alias Jokowi ? Paling hanya warga kota Solo yang mengenalnya sebagai walikota. Sekarang semua warga Jakarta dan sebagian rakyat Indonesia mengenal Jokowi sebagai salah satu tokoh terpopuler. Anak - anak muda Jakarta banyak yang menyukai sosok Gubernur DKI Jakarta ini. Ketika sejumlah pertanyaan dilontarkan kepada mereka yang biasa nongkrong di Taman Menteng, Jakarta Pusat itu kenapa mereka menyukai Jokowi, jawabannya tidak ada yang memuaskan. “Pokonya keren aja om !”, jawab mereka hampir senada.
Fenomena ketenaran Jokowi ini memang merupakan hasil suatu rangkaian kegiatan yang disusun, direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan. Berbagai fondasi untuk membangun pencitraan yang kuat telah dilakukan sejak Jokowi direncanakan menjadi calon gubernur Jawa Tengah sekitar dua tahun yang lalu. Tetapi nasib membawa Jokowi ke Jakarta ketika sejumlah elit politik yang tidak menginginkan Fauzi Bowo terpilih kembali akhirnya mengusung Jokowi ke hadapan Megawati Soekarnoputri untuk dapat disetujui sebagai calon gubernur Jakarta pada awal tahun lalu.
Ketua Umum PDIP Megawati yang saat itu sudah memiliki calon kuat untuk diusung menjadi cagub DKI Jakarta yakni Mayjend Adang Ruchiatna terheran - heran melihat Jusuf Kalla, Prabowo dan Djan Faridz begitu getol merekomendasikan Jokowi sebagai cagub DKI Jakarta. Megawati memang tidak begitu mengenal Jokowi ini. Walaupun demikian, Mega diketahui pernah memenuhi undangan datang ke Solo dalam rangka mendamaikan perseteruan antara walikota Solo Jokowi dengan tokoh mega - bintang Moedrick Sangidu yang sempat mau laporkan kasus-kasus korupsi Jokowi selama menjabat walikota Solo.
Sebagai walikota, Jokowi memang sangat terkenal di mata rakyatnya. Kegemarannya blusukan dan karakternya yang mudah berbaur dan tampil alami saat bertemu warganya menyababkan dia menjadi populer. Jokowi yang punya kebiasaan dan kesukaan untuk selalu kunjungi warganya itu mendapatkan tempat istimewa di hati warga Solo. Sehingga meskipun kinerjanya sebagai walikota tidak begitu memuaskan, warga Solo sudah terlanjur jatuh hati padanya dan kemudian mengantarkannya menjadi walikota untuk periode kedua.
Keunggulan Jokowi adalah kemampuannya tampil apa adanya. Sikapnya yang ramah dan hangat terhadap warga menjadikan dia sosok idola di Solo sana. Meski Jokowi tidak memiliki prestasi menonjol dan kinerjanya di bawah rata - rata kepala daerah lain di Indonesia, gaya kepemimpinan dan karakternya memiliki keistimewaan tersendiri. “Langka walikota yang seperti Jokowi” begitukah kira - kira jawaban dari orang - orang yang mengenalnya.
Melalui pengamatan sekilas saja sebenarnya mudah mengetahui bagaimana karakter asli Jokowi ini. Dia tokoh yang cerdas dan luwes tampil di panggung dan mudah menjadi bahan berita yang menarik bagi kalangan wartawan / media. Penampilannya yang biasa - biasa saja menjadi senjata utamanya di tengah - tengah para pemimpin lebih suka bergaya ekslusif, menjaga jarak dan sok wibawa terhadap rakyatnya. Keberhasilan Jokowi terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta adalah perpaduan antara karakter dan gaya kepemimpinan Jokowi dan setingan media yang dikendalikan sebuah kekuatan besar yang bertindak sebagai sutradara, sponsor dan donaturnya.
Ketika menjadi gubernur Jakarta, popularitas Jokowi terus dipaksakan untuk melejit da tetap di puncak klassemen daftar tokoh dan capres terfavorit. Benteng - benteng demi melindungi Jokowi diciptakan. Aktivitas dan komunikasi politiknya ditingkatkan. Media -media dinayar mahal ntuk merapatkan barisan mendukung pencitraan sebaik mungkin. Puluhan media besar, TV, majalah, surat kabar, tabloid, media online dan lain - lain dikerahkan untuk melambungkan citra Jokowi dengan segala macam dan cara pemberitaan. Tak kurang banyak pengamat dibayar untuk memberikan puja - puji kepada Jokowi. Ratusan admin social media (socmed) di twitter, facebook, kaskus dan sebagainya disiagakan untuk memastikan citra Jokowi tetap terjaga. Lembaga - lembaga survey dipesan untuk selalu menempatkan Jokowi sebagai calon presiden teratas di antara semua tokoh yang sebenarnya lebih baik daripada dia. Tidak boleh ada ruang sedikit pun bagi pihak lain untuk mengkritik, menyalahkan, mengkoreksi apalagi mencerca dan caci maki Jokowi. Dia diposisikan sebagai calon presiden titipan tuhan. Calon pemimpin titisan Ratu Adil. Jokowi adalah sosok raja yang direstui dewa. Jokowi adalah Sang Raja yang sempurna.
Jokowi adalah raja, maka berlaku postulat “the king can do no wrong”, raja tidak pernah salah. Jika raja salah atau kebetulan berbuat salah maka kesalahan harus ditimpakan kepada rakyat atau kepada pihak lain yang lebih pantas menerimanya karena kedudukannya lebih rendah dari seorang raja, yakni Raja Jokowi.
The king can do no wrong ini pernah terjadi saat Jokowi dalam kapasitasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta jelas - jelas melakukan kesalahan ketika menerbitkan peraturan gubernur (pergub) tentang warga DKI Jakarta yang dinyatakan berhak menerima pelayanan kesehatan / berobat gratis melalui program Kartu Jakarta Sehat (KJS). Pergub Jokowi ini melanggar peraturan daerah yang telah menetapkan batasan yang tegas kelompok warga Jakarta yang berhak atau yang tidak berhak menerima pelayanan berobat /kesehatan gratis dari Pemda DKI Jakarta. Kesalahan fatal Jokowi ini mendapatkan reaksi keras dari DPRD yang berencana memanggil Jokowi untuk diminta memberikan penjelasan. Nmun, mekanisme konstitusional DPRD ini kemudian dibatalkan karena puluhan media bayaran serentak menyerang DPRD DKI Jakarta dan menuduh mereka punya agenda untuk menjatuhkan Jokowi.
Perilaku Jokowi yang tidak jujur dalam ucapan dan tindakan sering diabaikan begitu saja oleh rakyat karena posisinya yang selalu dibela media massa yang telah dibayar mahal untuk itu. Kebohongan demi kebohongan yang dilakukan Jokowi, mulai dari program mobil Esemka yang milik Kemenperindustrian, BPPT dan Kemendikbud diklaim Jokowi sebagai program miliknya demi raih popularitas dan liputan media. Tindakan Jokowi merugikan negara dengan membeli beberapa unit mobil Esemka yang belum boleh dipasarkan menurut undang - undang, dia tabrak begitu saja.
Kebohongan Jokowi pada pencalonan dan predikat sebagai walikota terbaik sedunia oleh Mayor Foundation sungguh keterlaluan. Pertama, yayasan tersebut bukan lembaga yang kredible dalam menetapkan nominasi dan pemenang predikat walikota terbaik sedunia. Pasalnya, mekanisme nominasi dan penetapan pemenang berdasarkan atas pemilihan terbuka oleh siapa saja yang mau memberikan suaranya melalui polling di internet. Siapa saja yang sanggup kerahkan banyak orang untuk vote via internet dipastikan akan jadi pemenang. Seleksi dan penetapan pemenang Indonesian Idol atau XFactor jauh lebih sulit ketimbang jadi pemenang atau dapat predikat sebagai walikota terbaik sedunia versi yayasan abal-abal ini. Sungguh memalukan Raja Jokowi menggunakan cara ini untuk menipu rakyat Indonesia.
Keberhasilan Jokowi bertengger di puncak ketenaran dan popularitas adalah keberhasil rekayasa setingan media yang diskenariokan dengan sangat apik. Disutradarai konsultan terkenal, dibiayai konglomerat - konglomerat terkaya Indonesia dan pemilik media raksasa.
Keberhasilan Jokowi adalah keberhasilan Petruk menjadi Raja. Kelanggengan kesuksesan Raja Jokowi ini tergantung pada beberapa hal : konsistensi uang, media dan pendukung setianya untuk terus menjaga Raja Jokowi dari pengungkapan rahasia yang sebenarnya yakni Raja Jokowi itu bukanlah seperti citra diri yang selama ini dilekatkan kepada dirinya. Sampai kapan Raja Jokowi ini sanggup bertahan ? Waktu jugalah yang akan memberikan jawabnya. (Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar