SALAH satu pengalaman berharga saat menjadi pencetus akun twitter @triomacan2000 dulu dialami ketika saya dan dua orang teman saya mau dijadikan target kriminalisasi oleh Umar Sadat Hasibuan staf ahli Mendagri RI. Saat itu Umar Sadat yang bersama sekitar 30 orang temannya (sebagian besar preman asal Indonesia Timur) secara tiba mendatangi rumah sakit Thamrin Jakarta untuk mencari saya. Mereka naik ke lantai 3 Ruang ICCU RS Thamrin dimana ibu saya sedang kritis karena sakit komplikasi diabetes dan ginjal sedang dirawat.
Umar Syadat Hasibuan sebelumnya memang kami ketahui sedang mencari gara - gara dengan kami. Dia cari - cari alasan agar kami terpancing berkonflik dengan dia. Belakangan kami ketahui diduga motifnya adalah uang suap 1 miliar rupiah dari seorang pejabat tinggi negara yang membenci kami karena info korupsi dan mafianya kami bongkar. Informasi ini kami peroleh dari penyidik polri yang menangani kasus kami.
Umar mengetahui keberadaan kami di RS Thamrin dari seorang senior yang memberikan informasi itu karena Umar Sadat menghubungi dia melalui telepon dan menanyakan dimana ibu saya dirawat. Alasannya dia mau membezuk ibu saya yang sedang kritis tersebut. Dengan niat baik, senior itu memberitahukan Umar Sadat bahwa Ibu saya dirawat di RS Thamrin seteleh sebelumnya sempat dirawat di RS Tebet Jakarta Selatan.
Saat menyerbu RS Thamrin sampai ke lantai 3 ruang ICCU, Umar tidak menemukan saya karena saat itu saya sedang makan di Warung Obonk depan RS Thamrin. Gagal ketemu saya di RS. Umar tanpa sengaja mampir ke Warung Obonk. Saya yang melihatnya langsung menegur junior saya tersebut. Umar Sadat itu memang termasuk yunior saya. Dia pertama sekali merantau ke Jakarta juga dibantu oleh teman - teman saya, seperti Abdul Rasyid. Aam Sapulette dan lain - lain. Melalui para seniornya itulah, Umar Sadat kemudian berhasil masuk dalam lingkaran kekuasaan bahkan sempat dekat Sekretaris Militer Presiden Brigjen Kurdi Mustofa melalui bantuan teman saya juga Ahmad Muqqowam (mantan Ketua Komisi V dan IV DPR, Calon Ketum PPP pada Munas PPP tahun lalu).
Sejak itu Umar Sadat makin berkibar. Apalagi dia pandai menempel ke Andi Arif (Stafsus SBY) dan Aam Sapulette (mantan Stafsus SBY, sekarang termasuk orang “kesayangan” SBY). Andi dan Aam itu juga pernah dekat dengan saya dan sering saya bantu. Makanya, saya sangat heran kenapa Umar Sadat yang notabene adalah yunior saya dan dibesarkan oleh teman-teman saya, tega berkhianat dengan mencoba kriminalisasi saya hanya karena iming - iming sesuatu dari pejabat tinggi negara. Moralitasnya patut dipertanyakan.
Rencana kriminalisasi saya itu sebenarnya sudah saya ketahui sebelumnya. Seorang adik saya yang bekerja di sebuah media massa terkemuka memberitahukan rencana tersebut, termasuk rapat - rapat di Kalibata dan Tebet untuk mengatur jebakan terhadap saya.
Tidak heran ketika, Umar Sadat saat masuk ke Warung Obonk bersama dua orang temannya, Yudika dan Ongen, dia kaget ketika saya tegur dengan salam duluan, langsung mengambil blackberry-nya, hampiri saya dan dua teman saya lalu mengarahkan BB nya ke wajah kami, mencoba memotret.
Begitu blizt BB nya menyala, kami langsung sadar niat jahat Umar Sadat ini. Segera dia saya tegur atas perbuatannya yang melanggar hukum dan etika itu. Dia berkilah bantah telah memotret kami, dia bilang bahwa dia hanya momotret dinding restoran hehehe.
Temannya Umar Sadat yang bernama Ongen langsung menelpon temannya. Dia minta semua teman - teman yang sudah berkumpul dan siaga segera datang ke Warung Obong. “Kalian semua datang secepatnya kemari. Orangnya ada disini. Bawa semua golok, parang, kapak. Ada yang mau kita bacok disini” begitulah kira - kira yang diucapkan Ongen melalui handphone-nya. Setelah itu dia masuk ke toilet Warung Obonk dan lama berada di dalam toilet. Tidak tahu berbuat apa dia di dalam Toilet selama 20an menit itu.
Tak lama kemudian beberapa orang berbadan kekar, rambut ikal dan kulit sawo matang khas Indonesia Timur tiba di Warung Obonk. Sebagian masuk ke warung, sebagian berjaga - jaga di luar. Jumlah mereka terus bertambah sehingga total hampir 30 orang.
Meski jumlah mereka banyak, saya tetap datangi Umar dan tanyakan maksud dia mencuri foto wajah saya. “Maksud,u apa Umar ? Model kayak kau ini banyak yang sudah aku bereskan” ujar saya yang memang pada saat itu sedang galau karena disaat - saat ibu saya kritis ada pengacau kayak Umar ini cari gara - gara. Ketika saya menghampiri Umar, tiba - tiba saja Judika, teman Umar yang saat itu kami duga sedang mabuk atau “fly” mencoba memukul saya dari belakang. Usaha Judika itu gagal karena diketahui duluan oleh seorang teman saya yang mendorongnya hingga terjatuh. Judika ngamuk memukul membabi buta, lucunya hanya dengan sedikit mengelak, Judika tiba - tiba terjerembab menabrak lemari pendingin dan meja warung. Keributan kecil itu ternyata menakutkan Umar Sadat, dia teriak - teriak kayak anak kecil memanggil Ongen yang masih berdekam di toilet hehehehe.
Para preman bayaran Umar Sadat tidak berani bertindak kasar, sebagian mereka masuk dan mencekal tangan kami sambil mengeluarkan ancaman - ancaman pembunuhan. Tapi mereka tidak ada yang memukul. Perintah kepada mereka kelihatannya sangat jelas. Hanya memback up Umar Sadat Hasibuan jika ternyata dalam posisi berbahaya.
Singkatnya, peristiwa keributan kecil di warung tersebut usai setelah dua jam berlalu. Apalagi saya tidak bisa berlama -lama karena perawat RS Thamrin minta saya utuk segera membeli obat tambahan untuk ibu saya. Umar Sadat, Judika dan Ongen serta 20an preman bayarannya pun meninggalkan warung dengan terlebih dahulu secara tanpa hak dan melanggar hukum menyita KTP kedua teman saya, memotretnya dan menyebarkannya melalui internet. Tindakannya ini tentu berpotensi ditindak sesuai hukum pidana.
Tak lama kemudian, berita tentang keributan di Warung Obonk depan RS Thamrin itu beredar luas. Dimulai dengan pemuatan berita yang sebagian besar dan sudah diputarbalikan oleh detik.com. Kami juga telah dilaporkan ke Polres Jakspus oleh Umar Sadat cs. Tuduhannya ? Kami melakukan penganiyaan !! Duh biyuuung …hehehe
Keesokan harinya beberapa petugas reskrim polres datang ke Warung Obonk yang jadi TKP. Kebetulan kami juga lagi ada disana. Melihat petugas reskrim yang bertanya - tanya dengan pelayan dan foto - foto seluruh restoran itu kami langsung tanyakan maksud petugas reskrim polres itu. Mereka bilang bahwa mereka sedang menindaklanjuti laporan pengaduan Umar Sadat cs. Kami langsung memberitahukan bahwa kamilah pihak terlapornya. Para polisi yang sedang bertugas itu kaget, kok ada terlapor yang terus terang kayak begini. Mereka lalu minta kami datang ke Polres Jakarta Pusat untuk diminta keterangan. Lalu kami pun berangkat ke Polres.
Sampai di Polres, Kasat Reskrim dan pimpinan Polres Jakarta Pusat lainnya menanyakan kepada kami, ada persoalan apa sebenarnya. Kenapa banyak sekali telpon dari “atas” berisikan perintah dan permintaan agar kami segera ditahan. Ini suatu hal yang aneh kata perwira - perwira petinggi polres itu. Dengan apa adanya, kami sampaikan kronologis kejadian agar penyidik dan pimpinan polres tahu kejadian sebenarnya. “Jika hukum mengharuskan kami ditahan, silahkan Pak” ujar saya.
Menghadapi tekanan bertubi dari atas untuk segera menahan kami, pihak polres awalnya cukup kewalahan juga. Namun setelah mereka memeriksa kami dan beberapa saksi, akhirnya penyidik memahami fakta - fakta yang sesungguhnya. Penyidik berkesimpulan bahwa sebenarnya kami adalah korban. Bukan pelaku kejahatan sebagaimana yang dituduhkan Umar Sadat cs. Pihak polres malah menanyakan kepada kami apakah kami akan melaporkan balik upaya kriminalisasi oleh Umar Sadat cs ini. Kami memang melaporkan balik secara resmi tindak pidana Umar Sadat cs tersebut namun minta proses hukumnya tidak usah diteruskan dulu. Dipending saja sampai suatu saat jika mereka mengulangi perbuatannya, pihak polres kami persilahkan untuk menindaklajuti atau langsung menjadikan mereka sebagai tersangka. Alhamdulilah, permintaan kami disetujui polres. Salah seorang perwira polisi sempat menyeletuk “Duh ini persoalan politik kok dibawa - bawa ke polisi sih? Gara - gara kasus ini kami jadi dibuat repot” ujarnya. Mendengar ucapan tersebut, kami pun meminta maaf atas ketidaknyaman yang dialami bapak - bapak dan ibu polisi itu…..sekian (bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar